Kali ini ingin kuceritakan sebuah kisah yang menjadi sebuah rahasia umum bagi kami penduduk di sebuah pelosok daerah di Aceh dan munkin sudah dilupakan oleh para pemuda-pemuda pada zaman sekarang dan diragukan keberadaannya dan menjadi musuh bagi manusia pada masa yang sudah moderen seperti sekarang ini dan cerita ini pun kumulai.............
Alkisah pada suatu kampung yang jauh dari hiruk pikuknya kota dan hilir mudiknya alat transportasi hiduplah sebuah keluarga yang cukup sederhana dan penuh dengan keharmonisan dan termasuk kedalam keluarga yang beragama yang sangat tinggi, keluarga itu hanya dikarunia seorang anak lelaki yang yang sering dipanggil oleh orang kampungnya dengan nama yulis dan dia selalu menuruti setiap perkataan dari orang tuanya dan kerjaannya setiap hari hanyalah sekolah dari pagi dan selepas sekolah membantu ayahnya di kebun dan apabila matahari telah condong ke barat maka akan nampak para teman-temannya membawa bola mengajaknya untuk ikut dalam pertandingan bola yang biasanya mereka adakan di tempat tanah yang lapang dekat dengan sebuah surau yang ada di kampung mereka dan apabila matahari hampir terbenam mereka mengakhiri permainan mereka dan beranjak untuk pulang kerumah mereka masing dan bergegas kembali lagi ke surau tersebut untuk shalat magrib berjama ‘ah dan belajar membaca al quran dengan lancar dan kitab-kitab lainnya setelah shalat magrib tersebut, kebiasaan itu setiap hari dia lakukan tanpa pernah penat dan bosan akan aktivitas tersebut sampai ia tumbuh beranjak remaja, tetapi ada suatu hal yang berbeda dari ayah yulis dan tidak seperti ayah teman-temanya yang lain yaitu setiap malam rabu atau bisa juga dikatakan selasa malam maka ayahnya akan keluar dan duduk diatas sebuah balai yang di buat oleh ayahnya dari bambu-bambu dan baru larut malam akan masuk kerumah dan terlelap dalam tidurnya, pernah sekali yulis bertanya kepada ibunya kemana ayahnya pergi lalu ibunya berkata “ayah hanya duduk dibalai belakang rumah” dan iya bertanya lagi apa yang ayah lakukan setiap malam rabu dan hanya duduk saja di balai tersebut tapi ibunya hanya menjawab nanti suatu saat engkau pasti akan tau juga dan setelah itu dia tak pernah memberanikan dirinya lagi untuk bertanya lebih lanjut tentang aktifitas ayahnya setiap malam rabu tersebut.
Beranjak umurnya sudah hampir aqil balik acara besar pun diadakan di rumahnya yaitu acara peusijuk sunatan “penepung tawari khitanan” acara itu pun berlangsung dengan seksama seperti anak- anak dikampungnya yang lain karena kalau sudah sampai waktunya setiap anak-anak yang sudah hampir besar akan disunat “khitan” waktu berlalu dengan sendiri hari berganti dengan hari bulan berganti dengan bulan dan tidak pernah berbeda dari hari-hari yang lain tapi pada suatu malam dia dipanggil oleh ayahnya untuk duduk menemani ayahnya di balai sambil ngobrol dan ayahnya bertanya padanya “berapa umurmu sudah sekarang” dan yulis hanya menjawab 17 tahun, mungkin sudah saatnya ku berikan padamu apa yang dulunya kakekmu berikan kepada ayah kata ayahnya dan yulispun hanya termenung dengan penuh seribu pertanyaan dalam benaknya apa maksud dari perkataan ayahnya sebenarnya dan apa yang kakeknya berikan kepada ayahnya dan sekarang ingin diberikan kepadanya dan ayahnya menyuruhnya untuk berdiri dengan tegap dan tak goyah sedikitpun dan secara tiba-tiba dari arah lain ayahnya menendangnya dengan sangat keras pada bagian betisnya dan karena belum tau apa yulispun terjungkal karena tendangan ayahnya sambil memegangi kakinya karena kesakitan dia menatap ke arah ayahnya tapi ayahnya hanya berkata “bangun lagi seperti tadi” dan dia bangun dan kemudian ayahnya menendangnya lagi dari arah yang lain tapi kemudian ayahnya tetap menyuruhnya untuk berdiri lagi, dan setelah setengah jam berlalu ayahnya akhirnya berkata duduklah dulu di balai dan setelah itu ayahnya berkata kepada yulis “ayah ingin mengajarimu ilmu silat seperti yang kakekmu ajarkan kepada ayah dulu sewaktu ayah sebaya denganmu dulu” dan sekarang barulah dia paham kenapa ayahnya dari tadi hanya menendangnya dan terus saja menendangnya dan setiap kali terjatuh ayahnya menyuruhnya untuk berdiri lagi dan terus-terus seperti itu. Dan malam keesokannya selepas shalat isya dia dipanggil ayahnya dan disuruh duduk didepannya dan dihadapannya sudah ada beberapa perlangkapan untuk acara penepung tawari dan ayahnya berkata “karena ayah akan mengajarimu ilmu silat maka sebelum ayah ajari maka engkau akan ditepung tawari terlebih dulu dan sesaat kemudian datang ibunnya dari arah dapur dan duduk disebelah ayahnya dan setelah prosesi penepung tawari oleh ayah dan ibunya selesai ayahnya menyuruhnya untuk kedepan balai dan mengajarinya ilmu silat dan silat tersebut di namai dengan silat harimau.
Bulan telah berganti dengan bulan dan aktifitas yang seperti biasanya dia lakukan setiap hari dan malam tetap saja dia lakukan sampai semua jurus dari silat harimau yang diajarkan oleh ayahnya sudah di hafal dengan benar dan dia lakukan dengan dengan tanpa harus dibetolkan lagi oleh ayahnya karena tidak ada lagi setiap gerakan yang salah dari setiap jurus tersebut dan pada suatu malam ayahnya berdiri di hadapannya dan memasang kuda-kuda yang bertanda menantangnya untuk berkelahi dan persilatan itu pun dimulai dan mereka bertarung tak tanggungnya bagaikan aksi tarung seperti yang kita lihat film-film dan tidak segan-segan untuk memukul dengan tenaga yang sangat keras dan setelah sengah jam berlalu akhirnya pertarungan itu berakhir tanpa ada siapa yang menang dan siapa yang kalah dan ayahnya berkata padanya “munkin kau sudah sampai waktunya dan ilmu silat yanng ayah ajarkan padamu sudah kau pahami betul-betul dan sudah kau pelajari dengan benar tapi sebelum ayah tutupi pembelajaran ilmu silat dengan acara penepung tawari tapi sebelumnya harus kau ingat selalu dalam silat ini ada beberapa syarat yang harus kau jalani seumur hidupmu yaitu Pertama : Jangan meninggalkan shalat yang lima waktu, kedua : jangan pernah menyombongkan dirimu akan ilmu silat yang kau miliki sekarang dan keahlian silat yang kau kuasi sekarang karena ingatlah di atas langit masih ada langit, ketiga : selalu merendahkan diri dalam pergaulan, Keempat : jangan pernah sekali-kali kau gunakan silatmu kecuali dalam keadaan terdesak dan saat-saat yang genting. Dan malam itu diakhiri penuh dengan renungan pesan yang disampaikan oleh ayahnya sampai ia terlelap dalam tidurnya dan ketika hari selasa ibunya pergi kepasar untuk membeli beberapa bunga yang biasanya di gunakan pada saat acara penapung tawari dan sebagian bunga lagi di carinya di belakang rumahnya karena dibelakang rumah mereka adalah hutan belantara yang sangat luas dan pada malamnya yang lebih tepatnya malam rabu ibunya menyiapkan semua peralatan tersebut dan selepas shalat isya dia dipanggil ayahnya dan masih menggunakan kain sarung dan pakaian shalatnya dia bergegas memenuhi panggilan ibunya dan ketika itu dia juga melihat ayahnya yang duduk didekat ibunya dengan ditemani oleh secangkir kupi dan kemudian yulis disuruh duduk didepan mereka dan ayahnya memulai pembicaraannya “kau pasti sudah tau kenapa kau kami panggil” dan yulis melihat kedepannya yang ada hanya beberapa alat untuk prosesi penapung tawari dan iya pun mengangguk perkataan ayahnya dan ayahnya memulainya dengan bacaan beberapa patah doa dan mengambil daun-daun yang terletak dalam baskom yang penuh dengan air dan melemparinya dengan beberapa biji padi dan beras yang ada dalam gemgamnya yang diambilnya dalam baskom yang lain yang terletak dekat dengan daun-daun tersebut dan seterusnya dilanjutkan oleh ibunya dan acara tersebut diakhiri ddengan doa yang dipimpin oleh ayahnya dan setelah itu ayahnya mengajaknya keluar duduk di balai tempat biasanya ayahnya duduk dan tempat biasanya ayahnya mengajarkan silat kepadanya, dan ayahnya berkata pada yulis munkin selama ini kau bertanya pada ibumu apa yang setiap malam rabu ayah lakukan disini sampai larut malam munkin malam ini kau akan tau kenapa ayah melakukannya setiap malam dan malam ini ayah juga ingin mengenalkanmu pada salah seorang sahabat ayah dan juga sahabat kakekmu dulu tapi satu yang minta yaitu jangan pernah terkejut dan merasa takut karena apabila engkau takut maka itu akan berakibat fatal bagimu sendiri dan dengan mata yang terpaku pada ayahnya dia mengangguk dan kemudian ayahnya membaca beberapa patah doa dan secara tiba bau wangi dari bunga menyerbak kehalaman belakang rumahnya tersebut dan secara tiba-tiba terdengar dari kejauhan jejak kaki yang sedang berjalan dan nampaklah seekor Harimau yang berjalan dengan sangat pelan ke arah mereka, secara tiba-tiba yulis terkejut karena melihat pemandangan yang tak lazim dan biasa dia lihat dalam kesehariaannya dan ketika itu dia ingin berlari masuk kerumah tapi karena ingat kata-kata ayahnya untuk tidak takut maka rencana untuk larinya dia urungkan karena di hadapannya ada seekor binatang buas yang kebanyakan orang-orang takut akannya tetapi bagi ayahnya adalah seorang teman dan disinilah ayahnya mengenalkan kepadanya sahabat ayahnya dan berkata kepada harimau itu “ini adalah anakku yulis” dan ayahnya menyuruhnya untuk menyentuh ubun-ubun dari dari harimau itu dan secara berlahan-lahan yulis menjulurkan tangannya dan memberanikan diri untuk menyentuh kepalanya dan ketika tangannya sudah berada dikepalanya dia memegangi bulu-bulu yang sangat kasar tidak seperti memegangi bulu dari kucing-kucing dan harimau itu hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika yulis menyentuh kepala dari harimau itu dan itu bertanda bahwa harimau itu menerimanya dengan sangat baik dan sesaat kemudian harimau itu duduk di bawah balai yang tempat biasanya ayahnya menyalakan bara api untuk menghangatkan tubuhnya ketika angin berhembus dan ayahnya mengajaknya untuk duduk dibalai tersebut yang dibawah balai tersebut harimau tersebut mengais-ngais ekornya, dan kemudian ayahnya berkata kepada yulis bahwa munkin engkau bertanya kenapa silat yang ayah ajarkan selama ini kepadamu itu dinamakan dengan silat harimau karena itu adalah perpaduan dari setiap gerakan harimau dan ayah juga dulu sepertimu diajarkan oleh kakekmu kepada ayah dan ingat baik-baik perkataan ayah ini yaitu jangan pernah kau ceritakan kepada orang lain bahwa kau bertemu dengan harimau karena ini adalah rahasia yang diturunkan dari kakekmu kepada ayah dan sekarang ayah turunkan kepadamu dan apabila kau ceritakan kepada orang lain maka harimau itu tak akan mau lagi bertemu denganmu kelak, dan yulis pun bertanya kepada ayahnya “kenapa kita harus berteman dengan harimau padahal dia hanyalah seekor binatang buas yang kebanyakan orang menghindar darinya” dan secara tiba-tiba terdengar suara pekikan harimau dan ayahnya hanya terdiam sejenak dan berkata dimata kita mereka memang nampak hanya seperti seekor binatang buas tapi mereka juga makhluk allah dan sama juga dengan kita dan tau kah kamu kenapa dia memekik barusan setelah pertanyaanmu? Itu menandakkan bahwa dia tidak suka dengan pertanyaan yang kau tanyakan kepada ayah dan yulis bertanya lagi pada ayahnya “memangnya dia mengerti bahasa kita” dan ayahnya hanya mengangguknya dan berkata nanti suatu saat juga kau juga akan mengerti setiap bahasa yang mereka ujarkan kepadamu dalam bentuk istilah-istilah yang mereka gunakan. Dan nanti suatu saat juga kaupun kan mengerti kenapa kita harus berteman dengan mereka karena mereka akan membantu kita dikala kita sedang berada dalam hutan dan apabila kita tersesat mereka akan datang kepada kita menunjukkan arah kepada kita, pernah sekali kakekmu sedang berada dalam hutan dan tersesat karena saking dalamnya dia memasuki hutan tersebut dan saat itu sudah tiba waktu untuk shalat zhuhur dan dia mencari sungai yang ada disekitaran hutan itu dan setelah dia berwudhu dia hendak shalat tapi tidak tau arah kiblat kemana dan secara tiba-tiba harimau tersebut datang menghampiri kakekmu dan menggarisi tanah dengan kukunya yang menandakan bahwa itulah arah kiblat dan setelah itu dia menemani kakekmu dalam perjalanan pulang.
Dan malam itu berlalu dengan perkenalanku dengan seekor binatang yang tak biasa kulihat dalam kehidupanku tapi sudah sudah biasa dilihat oleh ayahku dan kakekku yang terdahulu dan sejak itu akupun tidak jarang bertemu dengan harimau itu ketika aku sedang mencari kayu untuk memasak ibuku dan setiap malam rabu aku dan ayahku selalu berbicara dan mengobrol di balai yang terletak di belakang rumahku dan ditemani oleh harimau tersebut, tetapi sejak sekarang ini kami sudah sedikit jarang menemuinya karena ada beberapa kejadian yang terjadi belakangan ini di daerah-daerah lain di aceh tentang masuknya harimau kekampung dan merusak rumah warga dan kejadian meninggalnya orang karena dibunuh oleh harimau dan itu semua kulakukan untuk menghindarinya dari bahaya yang munkin dapat timbul apabila dilihat oleh orang lain yang munkin saja melihatnya dan terkejut dan sekarang ini sudah sangat jarang kumelihatnya datang ke balai itu.........