Akhir dari semester empat adalah sebuah awal yang baru bagiku dan sebuah lembaran baru yang akan tertulis dalam autobiografi kisah hidupku, dimana semuanya akan terukir indah bagaikan nyanyian-nyanyian suci yang keluar dari mulut para ortodoks, disini kucoba merangkai indah hidupku, masa depanku dan kisah cintaku dengan mengenal setiap watak dan gaya hidup sang pemburu-pemburu kenikmatan dari setiap keindahan duniawi yang berada disekitarku.
Berawal dari sepupuku yang selama ini berada dekat denganku dari situlah kucoba untuk mencari sebuah ruang lingkup baru yang akan kujalani, dan mulai kuberanikan diri tuk berurusan dengan yang namanya kertas-kertas yang di bawahnya bercoretkan nama-nama dari sang ahli ilmu, dari situlah hidupku bermulai dengan perkenalan dengan tempat keramaian yang yang biasanya menjadi tempat pelarian dari kaum-kaumku yang sedang bosan dengan setiap aktivitas yang berada disekelilingnya disitulah kumulai menatap setiap mata yang tertuju padaku dan mencoba tuk memberikan sebuah senyuman keakraban pada mereka. Dan sejak saat itu kumulai menggerakkan kaki-kaki kecilku tuk berdansa mengikuti irama-irama mereka yang mengalir bagaikan angin bertiup.
Kumulai mengenal beberapa orang yang memiliki sosok yang berbeda, ada yang pendiam ada yang bicaranya bagaikan air yang mengalir karena tiada henti-hentinya dan ada juga yang heboh dan kocak yang setiap saat mengundang decak tawa disetiap kalimatnya dan ada juga yang diantaranya yaitu tidak begitu diam dan tidak terlalu banyak bicara, setiap lelaki yang berada disekitarku mulai menggoda dengan ribuan pesan pendek yang dikirimnya ke handphoneku dari sekedar berpura-pura menanyakan tentang masalah kuliah ataupun masalah lainnya dan kadang-kadang kulayani tapi kadang-kadang tidak kugubris sedikitpun karena kebosananku tentang keisengan meraka. Beberepa waktu telah berjalan dan semua baru permulaan tapi tiba-tiba kumulai mengenal seorang sosok yang memiliki ketampanan yang bisa dikatakan “lumayan” dan dia mulai mendekatiku dengan kepolosannya, aku tau sebenarnya dalam hatinya dia mencintaiku tapi yang kubutuhkan adalah sedikit saja keberanian dalam pernyataan setiap keinginannya yang keluar dari dalam hatinya tapi itu tak pernah kutemui dalam setiap desahan nafasnya dan disinilah kumulai lalui dengan kesederhanaan yang tertancap dalam diri manusia, dan beberapa waktu kemudian ada seorang sosok lainnya yang kukenal ketika sebuah acara yang biasa diadakan oleh kampus kami dan ketika sebuah bencana datang menghingap bagaikan tanpa dosa disitu dia mendekatiku dengan sejuta cinta yang dia curahkan dalam setiap desahan nafasnya, disitulah kedekatan berawal dan bunga-bunga cinta yang sudah layu kembali segar diterpa oleh cinta yang membasahi setiap helaian yang berkembang, walaupun kusadari dihati ini sudah ada goresan nama yang terpampang jelas terlihat tetapi setiap ayat yang mengalir keluar dari bibirnya tak kuasa ku menahannya dan menusuk dalam setiap darah yang mengalir disekujur tubuhku ini, dari sinilah kumulai mencicipi akan rasa yang sama tetapi berbeda sosok dan wajah tapi banyak yang berkata bahwa cinta itu tidak akan bersemi bersama indahnya musim semi yang menemani sang bunga dalam bersemi walaupun dalam mulut mereka berkata “jalani saja” ku tau dalam hati mereka berkata lain dari apa yang kudengar dengan telingaku ini dan sifat kekanak-kanaknya yang masih tersimpan dalam jiwanya membuat kami jauh seakan-akan bagaikan sosok yang belum pernah kukenal selama ini dan terakhir walaupun kuharus mengambil sebuah keputusan yang sangat bertentangan dengan suara hatiku ini tapi kutetap harus mengeluarkan sebuah kata-kata bahwa sudahi saja setiap desahan cinta yang mengalir dari mulutmu untuk jiwa yang kering dan keronta ini karena kuinginkan kebaikan pada setiap jiwa yang yang berjalan mengitari dunia ini, walaupun terkadang kumasih merindukkan setiap kemanjaannya tapi semua itu harus kuakhiri dan disinilah petaka mulai menghantuiku dalam setiap mimpi-mimpi malamku dan tak bisa terlepas lagi dalam setiap angan ini, timbul satu pertanyaan dalam benakku ini kepada mereka, taukah mereka betapa lelahnya diriku dengan semua kesemuan ini akan kaliamat-kalimat cinta yang mereka mengalir dari setiap mulut mereka yang mereka akui bahwa rasa itu benar-benar keluar dari lubuk hati mereka yang terdalam? Tau kah mereka betapa lelahnya kaki ini dalam melangkah mencari kesucian akan cinta yang abadi dalam mengharap keikhlasan dari sang khalik dalam naungannya? pahamkah mereka akan cinta sejati yang selama ini kudendangkan menghempas langit dan sang pelangi yang datang ketika hujan sudah membasahi bumi yang kupijak ini? Munkin kuterlalu bodoh dalam melihat dengan mata ini akan setiap keindahan cinta yang terhembus, munkin kuterlalu tuli dalam mendengar setiap lantunan cinta yang mengalir dalam kesucian cinta yang sejati sehingga memporak-porandakan setiap sisi dari kehidupan yang telah kususun satu persatu dalam rangkaian keindahan sebuah masa yang tercermin dalam bayangan akan sebuah senja yang kucita dengan seribu asa tapi hanya kehampaan yang datang berganti bagaikan musim yang mengisi setiap relung dijiwa dan tak ada satupun yang dapat menaburi benih-benih cinta ditanah yang hampa dan gersangnya di hati yang kudus ini.
Kini kusadari semua ini hanya sebuah ilusi yang berlari-lari mengitari jiwa dan kucoba tuk menutup sejenak setiap goresan yang berdarah disekujur tubuh dan akan pedihnya kepiluan yang mendera, kembali kurajut sebuah asa akan sebuah masa yang menungguku dihujung kisah ini dengan sebuah senyuman kemegahan dan keindahan dalam setiap sisi kehidupan yang suci.......