Welcome to Lampoh tuha

Minggu, 23 November 2014

MALACOSTRACA YANG BERASOSIASI DENGAN TUMBUHAN PENYUSUN EKOSISTEM MANGROVE GAMPONG PASIE LHOK KECAMATAN KEMBANG TANJONG KABUPATEN PIDIE


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Hutan mangrove umumnya terdapat di kawasan pantai Indonesia, tumbuh pada lokasi-lokasi yang mempunyai hubungan pengaruh pasang air (pasang surut) dan merembes pada aliran sungai yang terdapat di sepanjang pesisir. Kawasan hutan mangrove sangat rentan terhadap pencemaran minyak bumi, karena bahan tersebut cenderung mengumpul dan tinggal di substratnya.
Hutan mangrove mempunyai peranan dalam ekosistem berfungsi sebagai pelindung terhadap hempasan gelombang dan arus, tempat mencari makan, berkembang biak berbagai jenis biota laut, tempat burung bersarang, dan sebagai tempat hidup anggrek, pakis dan benalu.
Ekosistem mangrove merupakan sistem ekologi yang terdiri dari komunitas vegetasi pantai tropis, didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Ekosistem mangrove sebagai tempat hidup berbagai fauna perairan terutama Crustacea dan fauna daratan (Bengen, 2000).

Pasie Lhok salah satu wilayah pesisir di kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie, terdapat ekosistem mangrove yang potensial bagi kehidupan. Wilayah pesisir Pasie Lhok memiliki perairan yang landai dan dangkal, substratnya berpasir dan arah ke teluk substratnya pasir berlumpuran. Airnya keruh, karena ada beberapa sungai yang bermuara ke teluk tersebut.
Gampong Pasie Lhok penduduknya ± 300 kepala keluarga dan mata pencaharian penduduknya adalah nelayan dan petani tambak. Sebagian kecil penduduk Pasie Lhok sebagai buruh bangunan dan dalam kawasan Gampong Pasie Lhok terdapat ekosistem mangrove.
Kawasan Ekosistem mangrove Pasie Lhok terdapat berbagai Crustacea yang terbagi menjadi dua sub-kelas yaitu kelas Entomostraca (udang-udangan kecil) dan Malacostraca (udang-udangan besar). Crustacea ini dijumpai di kawasan dasar perairan, dengan tipe vegetasi tumbuhan penyusun bervariasi. Hutan mangrove sebagai salah satu pembentuk ekosistem di kawasan pesisir Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie. Manfaat yang sangat besar adalah ekosistem mangrove bagi masyarakat sebagai pendukung sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna, disamping itu manfaatnya sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Panjang garis pantai Gampong Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie yang berkisar ± 5 km (studi pendahuluan), dan hutan mangrove di pesisir Pasie Lhok sangat bernilai, baik itu keanekaragaman jenis maupun dari sisi ekonomis. Ekosistem hutan mangrove ini berperan penting dalam melindungi kawasan pantai dari bahaya abrasi, erosi dan intrusi air laut. Disamping itu menghasilkan serasah yang merupakan bahan organik produktif bagi mata rantai jaringan makanan di ekosistem pantai.
Keanekaragaman flora dan faunanya telah dijadikan objek kajian dan sarana pendidikan bagi siswa dan mahasiswa dari berbagai SMU dan Perguruan Tinggi di Kabupaten Pidie. Disamping itu, formasi hutan mangrove di pesisir pantai Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie yang tumbuh di sepanjang pantai berpasir putih memiliki nilai estetika, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam.
Untuk mewujudkan pengelolaan ekosistem mangrove yang lestari, selain tindakan pengamanan perlu di dukung adanya kegiatan pengenalan jenis mangrove, kegiatan ini dapat mendalami hasil secara mendetail guna mengetahui keanekaragaman, komposisi jenis tambahan Crustacea penghuni didalamnya. Dengan demikian dapat dijadikan acuan dalam mengambil kebijakan khususnya dalam pengelolaan hutan mangrove di pesisir pantai Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie.
Disamping itu perlu dilakukan pengamatan jumlah Spesies, individu tiap spesies tumbuhan mangrove dan fauna penghuninya. Kegiatan ini menginformasikan sebaran dan luasnya serta jenis dan individu spesies hutan mangrove di wilayah Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan Wilayah Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie dimasa mendatang.
 
1.2              Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Apa saja Malacostraca yang berasosiasi dengan tumbuhan mangrove di kawasan ekosistem Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie?
2.      Apa saja keanekaragaman Crustacea dari jenis Malacostraca yang menempati perairan kawasan mangrove Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie?
3.      Apa saja keanekaragaman tumbuhan penyusun ekosistem mangrove yang terdapat di kawasan pesisir Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie?

1.3              Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui Malacostraca yang berasosiasi dengan tumbuhan mangrove di kawasan ekosistem Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie?
2.      Mengetahui keanekaragaman Crustacea dari jenis Malacostraca yang menempati perairan ekosistem mangrove kawasan Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie.
3.      Mengetahui keanekaragaman spesies tumbuhan penyusun ekosistem mangrove di pesisir Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie.

1.4              Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini untuk :
1.      Memperoleh data dasar mengenai jenis-jenis tumbuhan mangggrove yang terdapat di daerah Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong  Kabupaten Pidie.
2.      Memperoleh data dasar mengenai keanekaragaman Crustacea dari sub-kelas Malacostraca yang menempati perairan Ekosistem mangrove kawasan Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie.
3.      Memperoleh informasi data tentang identifikasi jenis tumbuhan manggrove dan jenis Crustacea dari sub-kelas Malacostraca yang terdapat di daerah Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie.
4.      Memberikan informasi kepada masyarakat tentang jenis-jenis tumbuhan manggrove dan jenis Crustacea dari sub-kelas Malacostraca yang terdapat di daerah Pasie Lhok Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie.

1.5              Defenisi Operasional Penelitian
a.       Malacostraca adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Arthropoda, subfilum Crustacea. Tubuh Malacostraca pada umumnya terdiri atas 14 segme. Delapan segmen depan merupakan sefalotoraks, sedangkan enam segmen belakang membentuk abdomen.
b.      Asosiasi adalah perkumpulan jenis-jenis individu yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama yang tinggal pada satu tempat.
c.       Tumbuhan adalah organisme yang termasuk ke dalam Regnum Plantae. Di dalamnya masuk semua organisme yang sangat biasa dikenal orang seperti pepohonan, semak, rerumputan, paku-pakuan, lumut, serta sejumlah alga hijau.
d.      Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
e.       Mangrove adalah tumbuhan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
f.       Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1              Pengertian Mangrove
Istilah “mangrove” digunakan sebagai pengganti istilah “bakau” untuk menghindari kekeliruan perlu dipertegas bahwa istilah bakau hendaknya digunakan hanya untuk jenis-jenis tumbuhan tertentu saja yakni dari marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk semua tumbuhan yang hidup di lingkungan khas (Nontji: 1993).    
Komunitas adalah kelompok populasi yang berada bersama-sama dalam tempat dan waktu tertentu (Naughton: 1990). Sedangkan menurut Bengen (2000) jika antara dua komunitas tumbuhan yang berdekatan dan saling tumpang tindih dalam ekosistem, akan terdapat suatu daerah peralihan atau transisi yang dinamakan ekoton atau zona transisi, sedangkan vegetasi yang terdapat di dalamnya dinamakan vegetasi ekoton. Suatu daerah ekoton umumnya dihuni oleh vegetasi dari dua komunitas yang mempunyai kerapatan yang tinggi. Keadaan demikian dinamakan pengaruh batas.
            Secara alamiah tumbuhan tidak selalu dalam keadaan statis, tetapi berkembang dan tumbuh melalui serangkaian proses perubahan yang dapat diperkirakan, di mana tumbuhan yang terdapat dalam suatu komunitas lain dan menjadi stabil pada tahapan klimaks. Keadaan demikian dinamakan suksesi ekologi atau suksesi.
            Menurut (Sastroutomo: 1990) Komunitas tumbuhan sering digunakan oleh para ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi, sifat-sifat dasar yang diambil dari suatu komunitas adalah:
1.         Mempunyai komposis floristik yang tetap
2.         Fisiognomi ( struktur, tinggi, penutupan tajuk, daun dan sebagainya) yang relatif seragam.
3.         Mempunyai penyebaran yang karakteristiknya dalam lingkungan atau habitat dengan cirri-ciri tertentu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa vegetasi mangrove merupakan masyarakat tumbuhan  yang terdiri dari pohon dan semak, dan memiliki beberapa kesamaan dalam hal fisiognomi, fisiologi dan penyesuaian struktur terhadap habitat di perairan asin.                                                                                                                                                                                                                                                                                              
            Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat sepanjang pantai atau muara sungai yang telah menyesuaikan diri dari terpaan ombak yang kuat dengan tingkat salinitas yang tinggi serta tanah yang senantiasa digenangi air. Menurut (Bengen: 2000) “ Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai Lumpur.
            Pada umumnya terdapat empat jenis tumbuhan yang dijumpai di hutan mangrove, yaitu Api-api (Avicennia), Bakau (Rhizophora), Tanjang (Bruguiera), dan pedada (Sonneratia) (Ferianita: 2007). Sedangkan menurut (Bengen: 2000) ” Hutan mangrove meliputi pohon-pohonan dan semak yang terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga, yaitu Avicennia sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ceriops sp, Lumnitzera sp, Laguncularia sp, Agieceras sp, Agietialis sp, Snaeda sp dan Canocarpus sp yang termasuk kedelapan famili”.

2.2              Penyebaran Mangrove Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya dengan hutan mangrove. Luas hutan mangrove di Indonesia lebih dari 4 juta hektar atau sama dengan 3 % dari luas hutan mangrove di dunia. hutan mangrove itu terdapat di Sumatera 4.850 Kilometer, Jawa, Madura, dan Bali 200 Kilometer, Nusa Tenggara 250 Kilometer, Kalimantan 3.930 Kilometer, Sulawesi  850 Kilometer, maluku 1.980 Kilometer, dan Irian Jaya 13. 820 Kilometer. Hutan mangrove banyak terdapat di Indonesia  dikarenakan curah hujan yang tinggi, terutama di daerah pegunungan menyebabkan erosi. tanah longsor akibat hujan itu hanyut dibawa air, kemudian masuk ke sungai dan akhirnya bermuara di pantai.
            Terjadinya penumpukan lumpur di muara sungai, antara lain dikarenakan sungai-sungai yang ada relative pendek, lagi pula umumnya kepulauan Indonesia sebagian besar terletak di lautan dangkal, yaitu dangkalan Sunda dan dangkalan Suhul. Semuanya itu memudahkan terjadinya penumpukan Lumpur yang akhirnya membentuk delta. pada delta itulah banyak dijumpai vegetasi mangrove. (Soemarwoto: 2003)
            Menurut (Noor Rusila: 2006) Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia. Mangrove terluas terdapat di Irian Jaya sekitar 1.350.600 ha (38%), Kalimantan 978.200 ha (28%) dan Sumatera 673.300 ha (19%). Di daerah ini dan juga didaerah lainnya. mangrove tumbuh dan beerkembang dengan baik pada pantai yang memiliki sungai yang besar dan terlindung. Walaupun mangrove dapat tumbuh di siistem lingkungan lain di daerah pesisir, perkembangan yang paling pesat tercatat di daerah tersebut.
            Vegetasi mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dengan jumlah jenis sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 3 jenis palem, 19 jenis Liana, 44 jenis Epifit, dan 1 jenis Sikas. Namun demikian hanya terdapat sekitar 47 jenis tumbuhan yang spesifik dalam hutan mangrove. Paling tidak di dalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati penting atau dominan yang termasuk ke dalam empat famili, yaitu Rhizophoraceae (Rhizophora sp, Bruguiera sp, dan Ceriops sp), Sonneraticeae (Sonneratia sp), Avicenniaceae (Avicennia sp), dan Meliaceae (Xylocarpus sp). Di seluruh dunia mencatat sebanyak 60 jenis tumbuhan mangrove sejati. Dengan demikian terlihat bahwa Indonesia memiliki keragaman jenis yang tinggi. (Bengen: 2000).

2.3              Habitat Mangrove
2.3.1        Kondisi Fisik
Vegetasi mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi. Beberapa ahli menyatakan bahwa hal tersebut  berkaitan erat dengan tipe tanah (Lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan (terhadap hempasan gelombang), salinitas serta pengaruh pasang surut. Mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi. Zonasi tumbuhan mangrove mempunyai berbagai variasi pada lokasi yang berbeda.
  Mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat karena hal ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur dan pasir, substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan (Nontji: 1993).
Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama di daerah dimana endapan Lumpur terakumulasi. di Indonesia, substrak berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizophora mucronata dan Avicennia marina. Jenis- jenis lain seperti Rhizophora stylosa tumbuh dengan baik pada substrak berpasir, bahkan pada pulau karang memiliki substrat berupa pecahan karang, kerang dan bagian-bagian dari Halimeda. Pada kondisi tertentu, mangrove dapat juga tumbuh pada daerah bergambut, misalnya Florida, Amerika Serikat. Di Indonesia, kondisi ditemukan di utara Teluk Bone, dan di sepanjang Larian-Lumu, Sulawesi Selatan, dimana mangrove tumbuh pada gambut dalam (>3m) yang bercampur dengan lapisan pasir dangkal (0,5 m). Substrat mangrove berupa tanah dengan kandungan bahan organic yang tinggi (62%) (Noor Rusila: 2006). 

2.4              Tipe Vegetasi Mangrove
2.4.1        Struktur
             Menurut Watson (1928) dalam (Supriharyono, 2002) Penyebaran dan zonasi hutan mangrove tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Zonasi mangrove terbentuk berdasarkan kepada jumlah, lama dan sering tidaknya air pasang mencapai darat ekosistem. membagi hutan mangrove berdasarkan frekwensi penggenangan pasang surut kedalam lima zonasi yaitu:
1.         Zonasi hutan yang dekat dengan laut yang dikuasi oleh Avicennia spp dan Sonneratia spp. Vegetasi ini tumbuh pada lumpur yang lembek dengan kandungan organik yang tinggi. Avicennia spp lebih cendrung tumbuh pada tempat-tempat yang memiliki substrat berliat yang agak keras.
2.         Zonasi hutan yang tumbuh pada subtrat yang sedikit lebih tinggi. Zonasi ini biasanya dikuasi oleh Bruguiera spp. Hutan ini biasanya tumbuh pada tanah liat yang cukup keras dan dicapai oleh beberapa air pasang saja.
3.         Zonasi kearah daratan, hutan dikuasai oleh Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata lebih banyak dijumpai pada kondisi agak basa dan berlumpur dalam. Pohon lain yang dijumpai pada zonasi ini antara lain adalah Bruguiera parviflora dan Xylocarpus granatum. Pada gundukan lumpur yang dibuat oleh udang lumpur ditumbuhi oleh pakis haji (Acrosticum aureum ) dan jeruju (Acanthus ilicifolius).
4.         Zonasi hutan yang dikuasai oleh Bruguiera parviflor, kadang-kadang di jumpai tanpa jenis pohon lainnya.
Zonasi mangrove yang terakhir dikuasai oleh Bruguiera gimnorryza. Semua tumbuhan ini sangat tahan terhadap naungan. Pada kondisi ini Rhizophora tidak dapat tumbuh. zonasi transisi antara hutan mangrove dengan hutan daratan rendah biasa ditumbuhi oleh Nipah (Nypa fructicans dan beberapa spesies palem lainnya.
Semua jenis tumbuhan yang terdapat dalam mangrove mempunyai pembentukan akar yang spesifik, kadang-kadang merupakan massa akar yang seperti tombak lurus menonjol ke udara seperti terlihat pada Avicennia (Api-api) dan Sonneratia (Pedada), pohon api-api dengan bentuk buahnya agak ceper dengan panjang kurang lebih 1-2,5 cm dan berwarna kuning. Pedada juga mempunyai akar udara seperti jarum, panjangnya 40-60 cm. Buahnya mudah dikenal karena bentuknya bulat dan besar. Sedangkan Pohon bakau ( Rhizophora) mempunyai akar cerucuk yang tumbuh dari batang dan dahan pohon dan mencengkeram ke dalam tanah seperti kaki laba-laba. Buah bakau berbentuk seperti kubus panjang, berwarna kekuningan dengan ujungnya yang tajam. (Ferianita: 2007).
 Menurut (Van steenis: 1978) Tiga tumbuhan yang mencolok, yang  pertama adalah tumbuhan Acanthus yang berduri dan bunganya berwarna biru muda, tumbuhan ini terutama tumbuh ditempat terbuka pada gundukan tanah yang disingkirkan oleh sebangsa kepiting, yang kedua adalah pakis mangrove (Acrostichum), dengan daun yang menyirip dan ujungnya kerap kali kelihatan berwarna coklat kehitaman yang disebabkan oleh adanya kelompok spora, yang ketiga adalah tumbuhan dengan pola yang tidak berbatang yaitu Nypa, yang terutama terdapat dipinngir saluran air, dengan susunan pekarangan yang rapat. Nypa dapat menahan arus pasang surut. Mangrove pada umumnya tidak mudah dilalui karena lapisan lumpur, maupun simpang siurnya akar. Mangrove yang tumbuh sangat baik mempunyai tajuk yang tingginya 40 m dan membentuk suatu jalur yang lebarnya 40m.

2.5              Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove
2.5.1        Mangrove Sejati
1.    Acanthus ebracteatus
·       Daun : Pinggiran daun umumya rata kadang bergerigi seperti A. ilicifolius. Unit & Letak: Sederhana, berlawanan. Bentuk: lanset. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-20 x 4-10 cm.
·       Bunga : Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung cerah, kadang agak putih di bagian ujungnya. Panjang tandan bunga lebih pendek dari A. ilicifolius, sedangkan bunganya sendiri 2-2,5 cm. Bunga hanya mempunyai satu pinak daun utama, karena yang sekunder biasanya cepat rontok. Letak: di ujung. Formasi: bulir.
·       Buah : Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo. Ukuran: Buah panjang 2,5- 3 cm, biji 5-7 mm.

2.    Acanthus ilicifolius
·       Daun : Dua sayap gagang daun yang berduri terletak pada tangkai. Permukaan daun halus, tepi daun bervariasi: zigzag/bergerigi besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual menyempit menuju pangkal. Unit & letak: sederhana, berlawanan. Bentuk: lanset lebar. Ujung: meruncing dan berduri tajam. Ukuran: 9-30 x 4-12 cm.
·       Bunga : Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih. Panjang tandan bunga 10-20 cm, sedangkan bunganya sendiri 5-4 cm. Bunga memiliki satu pinak daun penutup utama dan dua sekunder. Pinak daun tersebut tetap menempel seumur hidup pohon. Letak: di ujung. Formasi: bulir.
·       Buah : Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo. Ukuran: buah panjang 2,5- 3 cm, biji 10 mm.

3.    Acrostichum aureum
·       Daun : Panjang 1-3 m, memiliki tidak lebih dari 30 pinak daun. Pinak daun letaknya berjauhan dan tidak teratur. Pinak daun terbawah selalu terletak jauh dari yang lain dan memiliki gagang yang panjangnya 3 cm. Ujung daun fertil berwarna coklat seperti karat. Bagian bawah dari pinak daun tertutup secara seragam oleh sporangia yang besar. Ujung pinak daun yang steril dan lebih panjang membulat atau tumpul dengan ujung yang pendek. Duri banyak, berwarna hitam. Peruratan daun menyerupai jaring. Sisik yang luas, panjang hingga 1 cm, hanya terdapat di bagian pangkal dari gagang, menebal di bagian tengah. Spora besar dan berbentuk tetrahedral.

4.    Acrostichum speciosum
·       Daun Sangat mencolok, pada umumnya panjangnya kurang dari 1 m dan memiliki pinak daun fertil berwarna karat pada bagian ujungnya, tertutup secara seragam oleh sporangia besar. Pinak daun berukuran kira-kira 28 x 10 cm. Pinak daun yang steril memiliki ujung lebih kecil dan menyempit. Jenis ini berbeda dengan A.aureum dalam hal ukuran pinak daunnya yang lebih kecil dan ujungnya meruncing, permukaan bagian bawah pinak daun yang fertil berwarna coklat tua dan ditutupi oleh sporangia, serta daun mudanya berwarna hijau-kecoklatan. Peruratan daun berbentuk jaring. Sisik luas, panjang hingga 1 cm, hanya terdapat di bagian pangkal daun. Sisik menebal di bagian tengah. Spora besar dan berbentuk tetrahedral

5.    Aegialitis annulata.
·       Daun : Terdapat lobang longitudinal dan kelenjar garam. Gagang daun panjangnya 8 cm. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: lanset seperti pedang. Ujung: meruncing. Ukuran: 6-9 x 2-5 cm.
·       Bunga : Tandan bunga yang asimetris memiliki banyak bunga. Letak: di ujung tandan/ tangkai bunga. Formasi: payung (ada banyak bunga). Daun Mahkota: 5; putih kadang abu-abu pucat, tumpang tindih; 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5; bentuk tabung; 7-8 mm.
·       Buah : Buah berbentuk kapsul melengkung, memiliki 5 sudut, berwarna kemerahan ketika telah matang. Ukuran: 3-4 x 4-5 cm.

6.    Aegiceras corniculatum
·       Daun : Daun berkulit, terang, berwarna hijau mengkilat pada bagian atas dan hijau pucat di bagian bawah, seringkali bercampur warna agak kemerahan. Kelenjar pembuangan garam terletak pada permukaan daun dan gagangnya. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik hingga elips. Ujung: membundar. Ukuran: 11 x 7,5 cm.
·       Bunga : Dalam satu tandan terdapat banyak bunga yang bergantungan seperti lampion, dengan masing-masing tangkai/gagang bunga panjangnya 8-12 mm. Letak: di ujung tandan/tangkai bunga. Formasi: payung. Daun Mahkota: 5; putih, ditutupi rambut pendek halus; 5-6 mm. Kelopak Bunga: 5; putih - hijau.
·       Buah : berwarna hijau hingga merah jambon (jika sudah matang), permukaan halus, membengkok seperti sabit,. Dalam buah terdapat satu biji yang membesar dan cepat rontok. Ukuran: panjang 5-7,5 cm dan diameter 0,7 cm.

7.    Aegiceras floridum
·       Daun : Berkulit, bagian atas terang dan hijau mengkilat; bagian bawah hijau pucat kadang kemerahan. Kelenjar pembuangan garam terletak pada permukaan daun dan gagangnya. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 3-6 cm
·       Bunga : Dalam satu tandan terdapat banyak bunga yang bergantungan seperti lampion masing-masing tangkai/gagang bunga panjangnya 4-6 mm. Letak: di ujung tandan/tangkai bunga. Formasi: payung. Daun Mahkota: 5; putih, ditutupi rambut pendek halus; 4 mm. Kelopak bunga: 5; putih- hijau.
·       Buah : Buah berwarna hijau hingga merah, bentuk agak lurus. Buah berisi satu biji memanjang dan cepat rontok. Ukuran: panjang 3 cm dan diameter 0,7 cm.

8.    Amyema anisomeres
·       Daun : Daun tersebar, pangkal daun menyempit pada gagang yang panjangnya 8 – 10 mm. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: bulat memanjang hingga lanset. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-8,5 x 1,5-3 cm.
·       Bunga : Tandan bunga terdapat secara tunggal atau berpasangan. Gagang bunga bulat, panjang 4-7 mm. Letak: di ketiak daun. Formasi: payung (3 bunga). Daun Mahkota: merah muda, hampir silindris, panjang 19-20 mm, dengan 4 atau 5 daun mahkota tumpul berukuran 3,5 mm. Kelopak Bunga: berbentuk corong, panjang 2,5 mm. Benang sari: panjangnya 1,5 mm; kepala sari bulat panjang.
·       Buah : Tidak diketahui

9.    Amyema gravis
·       Daun : Memiliki daun yang tebal. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: panjang hingga 5 cm.
·       Bunga : Tandan bunga tumbuh soliter pada ketiak daun. Setiap tandan memiliki 2-3 gagang yang berisi bunga. Daun mahkota bunga berwarna merah serta pangkal berwarna kuning-kehijauan.
·       Buah : Tidak diketahui.

10. Amyema mackayense
·       Daun : Daun berbentuk seperti sendok lebar dengan gagang daun sepanjang 6-15 cm. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: bulat telur. Ujung: membundar. Ukuran: 2,5-4 x 1,5-2,5 cm.
·       Bunga : Kepala sari panjangnya 1,5 mm. Tangkai benang sari yang menopang kepala sari berukuran 3-5 mm.
·       Buah : Buah elips, dikelilingi oleh daun kelopak bunga yang berurutan.

11. Avicennia alba
·       Daun : Permukaan halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: lanset (seperti daun akasia) kadang elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 16 x 5 cm.
·       Bunga : Seperti trisula dengan gerombolan bunga (kuning) hampir di sepanjang ruas tandan. Letak: di ujung/pada tangkai bunga. Formasi: bulir (ada 10-30 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning cerah, 3-4 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4.
·       Buah : Seperti kerucut/cabe/mente. Hijau muda kekuningan. Ukuran: 4 x 2 cm.

12. Avicennia eucalyptifolia
·       Daun : Permukaan bagian atas hijau muda sampai hijau tua atau hijau kecoklatan dan kuning kehijauan pada bagian bawah. Unit & Letak: sederhana, berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 4-16 cm x 1-4 cm.
·       Bunga : Tandan bunga membesar di ujung dengan panjang sampai 2,5 cm. Bunga berdiameter 3-4 mm. Letak: di ujung. Formasi: bulir. Daun Mahkota:  warnaputih, kuning atau merah muda. Kelopak Bunga: hijau pucat, panjang 2-5 mm, bagian luar berambut pendek. Benang sari: berwarna ungu tua hingga coklat.
·       Buah : Setengah bagian atas dari bakal buah memiliki bulu. Buah berwarna kuning kehijauan, tidak memiliki mulut buah yang nyata. Ukuran: Panjang kurang dari 3 cm.

13. Avicennia lanata
·       Daun : Memiliki kelenjar garam, bagian bawah daun putih kekuningan dan ada rambut halus. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: membundar agak meruncing. Ukuran: 9 x 5 cm.
·       Bunga : Bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat. Letak: di ujung atau
·       ketiak tangkai/ tandan bunga. Formasi: bulir (8-14 bunga). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 4-5 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4
·       Buah : Buah seperti hati, ujungnya berparuh pendek dan jelas, warna hijau-agak kekuningan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya). Ukuran: sekitar 1,5 x 2,5 cm.

14. Avicennia marina
·       Daun : Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.
·       Bunga : Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4. Buah : Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.

15. Avicennia officinalis
·       Daun : Berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau-kekuningan atau abu-abukehijauan di bagian bawah. Permukaan atas daun ditutupi oleh sejumlah bintikbintik kelenjar berbentuk cekung. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik, bulat memanjang-bulat telur terbalik atau elipsbulat memanjang. Ujung: membundar, menyempit ke arah gagang. Ukuran: 12,5 x 6 cm.
·       Bunga : Susunan seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat. Daun mahkota bunga terbuka tidak beraturan, semakin tua warnanya semakin hitam, seringkali tertutup oleh rambut halus dan pendek pada kedua permukaannya. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-10 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4; kuning-jingga, 10- 15 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4; lebih panjang dari daun mahkota bunga.
·       Buah : Bentuk seperti hati, ujungnya berparuh pendek, warna kuning kehijauan. Permukaan buah agak keriput dan ditutupi rapat oleh rambut-rambaut halus yang pendek. Ukuran: Sekitar 2x3 cm.

16. Bruguiera cylindrica
·       Daun : Permukaan atas daun hijau cerah bagian bawahnya hijau agak kekuningan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: agak meruncing. Ukuran: 7-17 x 2-8 cm.
·       Bunga : Bunga mengelompok, muncul di ujung tandan (panjang tandan: 1-2 cm). Sisi luar bunga bagian bawah biasanya memiliki rambut putih. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Daun Mahkota: putih, lalu menjadi coklat ketika umur bertambah, 3- 4 mm. Kelopak Bunga: 8; hijau kekuningan, bawahnya seperti tabung.
·       Buah : Hipokotil (seringkali disalah artikan sebagai “buah”) berbentuk silindris memanjang, sering juga berbentuk kurva. Warna hijau didekat pangkal buah dan hijau keunguan di bagian ujung. Pangkal buah menempel pada kelopak bunga. Ukuran: Hipokotil: panjang 8-15 cm dan diameter 5-10 mm.

17. Bruguiera exaristata
·       Daun : Permukaan atas daun berwarna hitam, bagian bawah memiliki bercak-bercak, tepi daun sering tergulung ke dalam. Unit & letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-11,5 x 2,5 x4,5 cm.
·       Bunga : Bunga hijau-kekuningan, tepi daun mahkota memiliki rambut berwarna putih dan kemudian akan rontok. Letak: di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun mahkota: 8-10; panjang 10-13 mm. Kelopak bunga: 8-10; panjang 10-15 mm.
·       Buah : Hipokotil berbentuk tumpul, silindris agak menggelembung. Ukuran: Hipokotil: panjang 5-7 cm dan diameter 6-8 mm

18. Bruguiera gymnorrhiza
·       Daun : Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak). Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips sampai elips-lanset. Ujung: meruncing Ukuran: 4,5-7 x 8,5-22 cm.
·       Bunga : Bunga bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 9-25 mm. Letak: di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun Mahkota: 10-14; putih dan coklat jika tua, panjang 13-16 mm. Kelopak Bunga: 10-14; warna merah muda hingga merah; panjang 30-50.
·       Buah : Buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan. Ukuran: Hipokotil: panjang 12-30 cm dan diameter 1,5-2 cm.

19. Bruguiera hainessii
·       Daun : Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan di bawahnya. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips sampai bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 9-16 x 4-7 cm.
·       Bunga : Letak: Di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga (panjang tandan: 18-22 cm). Formasi: kelompok (2-3 bunga per tandan. Daun Mahkota: putih, panjang 7-9 mm. Berambut pada tepi bawah dan agak berambut pada bagian atas cuping. Kelopak Bunga: 10; hijau pucat; bagian bawah berbentuk tabung, panjangnya 5 mm.
·       Buah : Hipokotil berbentuk cerutu atau agak melengkung dan menebal menuju bagian ujung. Ukuran: Hipokotil: panjang 9 cm dan diameter 1 cm.

20. Bruguiera parviflora
·       Daun : Terdapat bercak hitam di bagian bawah daun dan berubah menjadi hijaukekuningan ketika usianya bertambah. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-13 x 2-4,5 cm.
·       Bunga : Bunga mengelompok di ujung tandan (panjang tandan: 2 cm). Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (3-10 bunga per tandan). Daun mahkota: 8; putih hijau kekuningan, panjang 1,5-2mm. Berambut pada tepinya. Kelopak Bunga: 8; menggelembung, warna hijau kekuningan; bagian bawah berbentuk tabung, panjangnya 7-9 mm.
·       Buah : Buah melingkar spiral, panjang 2 cm. Hipokotil silindris, agak melengkung, permukaannya halus, warna hijau kekuningan. Ukuran: Hipokotil: panjang 8- 15 cm dan diameter 0,5-1 cm.

21. Bruguiera sexangula
·       Daun : Daun agak tebal, berkulit, dan memiliki bercak hitam di bagian bawah. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 8-16 x 3-6 cm.
·       Bunga : Letak: Di ketiak daun. Formasi: soliter (1 bunga per tandan). Daun makhota: 10-11; putih dan kecoklatan jika tua, panjang 15mm. Kadang berambut halus pada tepinya. Kelopak bunga: 10-12; warna kuning kehijauan atau kemerahan atau kecoklatan; panjang tabung 10-15 mm.
·       Buah : Hipokotil menyempit di kedua ujung. Ukuran: Hipokotil: panjang 6-12 cm dan diameter 1,5 cm.

22. Camptostemon philippinense
·       Daun : Permukaan daun bersisik. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: lanset-elips. Ujung: membundar, pangkalnya sempit. Ukuran: 6-9 x 2-4 cm.
·       Bunga : Daun mahkota bunga berwarna putih, bersisik dan ditutupi oleh rambut pendek. Letak: di ketiak daun dan batang. Formasi: bulir. Daun mahkota: putih. Benang sari: 5.
·       Buah : Buah bundar berbentuk kapsul, bersisik, dan memiliki daun kelopak bunga dan kelopak tambahan yang berurutan. Buah terdiri dari dua biji berbulu padat. Ukuran: panjang buah 1 cm, panjang biji 9mm.

23. Camptostemon schultzii
·       Daun : Daun berumbai-rumbai terletak pada akhir cabang, bagian bawah bersisik, bagian atas halus. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: lansetelips. Ujung: membundar, pangkalnya sempit. Ukuran: 6-16 x 2-5 cm.
·       Bunga : Daun mahkota bersisik dan ditutupi oleh rambut pendek berwarna putih. Letak: Di ketiak daun dan cabang. Formasi: bulir. Daun Makhota: putih. Kelopak bunga: seperti cangkir, cuping panjangnya 6 mm. Benang sari: 20.
·       Buah : Buah bundar berbentuk kapsul, bersisik, dan memiliki daun kelopak bunga yang bagian luarnya berurutan dan bersisik. Buah terdiri dari dua biji berbulu padat. Ukuran: panjang buah 1 cm, panjang biji 9mm.

24. Ceriops decandra
·       Daun : Daun hijau mengkilap. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elipsbulat memanjang. Ujung: membundar. Ukuran: 3-10 x 1-4,5 cm.
·       Bunga : Bunga mengelompok, menempel dengan gagang yang pendek, tebal dan bertakik. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (2-4 bunga per kelompok). Daun mahkota: 5; putih dan kecoklatan jika tua, panjang 2,5-4mm. Kadang berambut halus pada tepinya. Kelopak bunga: 5; warna hijau, ada lentisel dan berbintil. Benang sari: tangkai benang sari pendek, sama atau lebih pendek dari kepala sari.
·       Buah : Hipokotil berbentuk silinder, ujungnya menggelembung tajam dan berbintil, warna hijau hingga coklat. Leher kotilodon jadi merah tua jika sudah matang/ dewasa. Ukuran: Hipokotil: panjang 15 cm dan diameter 8-12 mm.

25. Ceriops tagal
·       Daun : Daun hijau mengkilap dan sering memiliki pinggiran yang melingkar ke dalam. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik-elips. Ujung: membundar. Ukuran: 1-10 x 2-3,5 cm.
·       Bunga : Bunga mengelompok di ujung tandan. Gagang bunga panjang dan tipis, berresin pada ujung cabang baru atau pada ketiak cabang yang lebih tua. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (5-10 bunga per kelompok). Daun mahkota: 5; putih dan kemudian jadi coklat. Kelopak bunga: 5; warna hijau, panjang 4- 5mm, tabung 2mm. Benang sari: tangkai benang sari lebih panjang dari kepala sarinya yang tumpul.
·       Buah : Buah panjangnya 1,5-2 cm, dengan tabung kelopak yang melengkung. Hipokotil berbintil, berkulit halus, agak menggelembung dan seringkali agak pendek. Leher kotilodon menjadi kuning jika sudah matang/dewasa. Ukuran: Hipokotil: panjang 4-25 cm dan diameter 8-12 mm.

26. Excoecaria agallocha
·       Daun : Hijau tua dan akan berubah menjadi merah bata sebelum rontok, pinggiran bergerigi halus, ada 2 kelenjar pada pangkal daun. Unit & Letak: sederhana, bersilangan. Bentuk: elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 6,5-10,5 x 3,5-5 cm.
·       Bunga : Memiliki bunga jantan atau betina saja, tidak pernah keduanya. Bunga jantan (tanpa gagang) lebih kecil dari betina, dan menyebar di sepanjang tandan. Tandan bunga jantan berbau, tersebar, berwarna hijau dan panjangnya mencapai 11 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: bulir. Daun mahkota: hijau & putih. Kelopak bunga: hijau kekuningan. Benang sari: 3; kuning.
·       Buah : Bentuk seperti bola dengan 3 tonjolan, warna hijau, permukaan seperti kulit, berisi biji berwarna coklat tua. Ukuran: diameter 5-7mm.
27. Gymnanthera paludosa
·       Daun : Daun halus, tipis. Unit & Letak: sederhana, bersilangan. Bentuk: elips-bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 3-5,5 x 1-2 cm.
·       Bunga : Di antara pasangan tangkai daun, panjang tangkai bunga kurang dari 2 cm. Formasi: kelompok. Daun mahkota: halus, hijau kekuningan, memiliki tabung memanjang 7-8 mm, diameter 16-18 mm.
·       Buah : Buah tipis, berpasangan dan berpengait di ujungnya. Biji berlunas dan halus tetapi memiliki rambut panjangnya 2-2,5 cm. Ukuran: panjang biji 5mm, panjang buah 10,5-12 cm

28. Heritiera globosa
·       Deskripsi umum : Sangat menyerupai Heritiera littoralis (lihat deskripsi berikut), perbedaannya terletak pada buah yang bundar dan tangkai daun yang lebih panjang. Memiliki ujung daun ventral yang dangkal, memanjang pada ujung jauh menuju mulut atau sayapnya, dimana sayap selalu agak melengkung yang merupakan kekhasannya. Gagang daun lebih panjang dari 2 cm dan mungkin lebih dari 4 cm. Akar papan berkembang baik dan menyerupai ular, memanjang 2-4 m dari pangkal batang.

29. Heritiera littoralis
·       Daun : Kukuh, berkulit, berkelompok pada ujung cabang, Gagang daun panjangnya 0,5-2 cm. Warna daun hijau gelap bagian atas dan putih-keabu-abuan di bagian bawah karena adanya lapisan yang bertumpang-tindih. Unit & letak: sederhana, bersilangan. Bentuk: bulat telur-elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 10-20 x 5-10 cm, kadang sampai 30 x 15-18 cm.
·       Bunga : Bunga jantan lebih banyak, tetapi lebih kecil dibanding bunga betina (pada pohon yang berbeda). Tandan bunga berambut (terutama pada bagian ketiak daun dan ujung cabang). Letak: di ujung atau di ketiak. Formasi: bergerombol bebas. Daun mahkota: ungu dan coklat; panjang 4-5 mm. Kelopak bunga: 4-5; seperti mangkok, kemerahan dan berambut.
·       Buah : Buah berwarna hijau hingga coklat mengkilat, berkayu. Memiliki 1 biji dan masak pada tandan yang tergantung. Ukuran: panjang 6-8 cm; lebar 5-6 cm.

30. Kandelia candel
·       Daun : Tepi daun mengkerut kedalam. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: elips-bulat memanjang. Ujung: membundar hingga sedikit runcing.
·       Bunga : Tandan bunga bercabang dua, memiliki 4 dan kadang-kadang 9 bunga berwarna putih, panjangnya 1,5-2 cm. Kelopak bunga: tabung daun kelopak bunga melebihi bakal buah dan memiliki cuping sejajar yang melengkung ketika bunga mekar penuh. Daun mahkota: panjangnya 14 mm. Benang sari: banyak dan berbentuk filamen.
·       Buah : Berwarna hijau berbentuk oval, panjang 1,5-2,5 cm. Hipokotil silindris panjangnya 15-40 cm.

31. Lumnitzera littorea
·       Daun : Daun agak tebal berdaging, keras/kaku, dan berumpun pada ujung dahan. Panjangn tangkai daun mencapai 5 mm. Unit & Letak: sederhana, bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 2-8 x 1-2,5 cm.
·       Bunga : Bunga biseksual, berwarna merah cerah, harum, dan dipenuhi oleh nektar. Panjang tangkai bunga mencapai 3 mm, tandan 2-3 cm. Memiliki dua buah pinak daun berbentuk bulat telur dan berukuran 1 mm pada bagian pangkalnya. Letak: di ujung. Formasi: bulir. Daun mahkota: 5; merah, 4-6 x 1,5-2 mm. Kelopak bunga: 5; hijau 1 x-12 mm. Benang sari: <10; Panjang benang sari dua kali ukuran daun mahkota.
·       Buah : Buah berbentuk seperti pot/jambangan tempat bunga/elips, berwarna hijau keunguan, agak keras dan bertulang. Ukuran: panjang 9-20mm; Diameter 4-5 mm.

32. Lumnitzera racemosa
·       Daun : Daun agak tebal berdaging, keras/kaku, dan berumpun pada ujung dahan. Panjang tangkai daun mencapai 10 mm. Unit & Letak: sederhana, bersilangan. Bentuk: bulat telur menyempit. Ujung: membundar. Ukuran: 2-10 x 1-2,5 cm.
·       Bunga : Bunga biseksual, tanpa gagang, berwarna putih cerah, dipenuhi oleh nektar. Panjang tandan 1-2 cm. Memiliki dua pinak daun berbentuk bulat telur, panjangnya 1,5 mm pada bagian pangkalnya. Letak: di ujung atau di ketiak. Formasi: bulir. Daun mahkota: 5; putih, 2-4 x 7-8 mm. Kelopak bunga: 5; hijau (6-8 mm). Benang sari: <10; Panjang benang sari sama atau sedikit lebih panjang dari daun mahkota.
·       Buah : Buah berbentuk kembung/elips, berwarna hijau kekuningan, berserat, berkayu dan padat. Ukuran: panjang 7-12 mm; Diameter 3-5 mm.

33. Nypa fruticans
·       Daun : Seperti susunan daun kelapa. Panjang tandan/gagang daun 4 - 9 m. Terdapat 100 - 120 pinak daun pada setiap tandan daun, berwarna hijau mengkilat di permukaan atas dan berserbuk di bagian bawah. Bentuk: lanset. Ujung: meruncing. Ukuran: 60-130 x 5-8 cm.
·       Bunga : Tandan bunga biseksual tumbuh dari dekat puncak batang pada gagang sepanjang 1-2 m. Bunga betina membentuk kepala melingkar berdiameter 25-30 cm. Bunga jantan kuning cerah, terletak di bawah kepala bunganya.
·       Buah : Buah berbentuk bulat, warna coklat, kaku dan berserat. Pada setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur. Ukuran: diameter kepala buah: sampai 45 cm. Diameter biji: 4-5 cm.
 
34. Osbornia octodonta
·       Daun : Berkulit tipis, menimbulkan aroma pada saat disentuh, ada kelenjar minyak yang tembus cahaya dan berukuran kecil serta ada pembengkakan pada gagang daun sepanjang 2 mm yang berwarna merah. Unit & Letak: sederhana, bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 2,5-5 x 1-3 cm.
·       Bunga : Biseksual. Dalam satu tandan terdapat 1-3 bunga yang bergerombol, bunga tidak bertangkai tapi langsung menempel pada tandan. Terdapat 2 pinak daun berbentuk elips, panjang 6 mm, terletak pada pangkal gagang bunga. Pinak daun tersebut kemudian rontok. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok. Daun mahkota: Tidak ada. Kelopak bunga: 8; hijau (3-6 mm). Benang sari: berwarna putih hingga kuning, jumlahnya sampai 48 helai, ukurannya lebih panjang dibanding cuping kelopak bunga.
·       Buah : Buah ditutupi oleh cuping kelopak bunga dan kelopak tidak membuka pada saat telah matang. Biji berjumlah 1-2, berbentuk datar dan bulat telur terbalik. Ukuran: panjang 5-10 mm; diameter 5 mm.

35. Phemphis acidula
·       Daun : Tebal (hingga 3 mm) berdaging, kaku, berkulit dan agak melengkung/tertekuk ke dalam. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: elip hingga bulat telur terbalik. Ujung: membundar hingga menajam tumpul. Ukuran: panjang 1-3 cm.
·       Bunga : Berbentuk lonceng. Letak: di ketiak daun. Formasi: berkelompok (ada 1 hingga beberapa bunga per kelompok). Daun mahkota: 6, putih bersih, bagian tengahnya agak keunguan-kekuningan. Kelopak bunga: 12, berwarna hijau. Benang sari: jumlahnya 12 - 18.
·       Buah : Berbentuk seperti mangkuk es krim, warna coklat, permukaannya berambut, di dalamnya terdapat 20-30 biji yang sangat kecil. Ukuran: diameter buah 3-5 mm, panjang 10 mm.

36. Rhizophora apiculata
·       Daun : Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
·       Bunga : Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.
·       Buah : Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.

37. Rhizophora mucronata
·       Daun : Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.
·       Bunga : Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: Kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4;putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai.
·       Buah : Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijaukecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.

38. Rhizophora stylosa
·       Daun : Daun berkulit, berbintik teratur di lapisan bawah. Gagang daun berwarna hijau, panjang gagang 1-3,5 cm, dengan pinak daun panjang 4-6 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar. Ujung: meruncing. Ukuran: meruncing.
·       Bunga : Gagang kepala bunga seperti cagak, biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (8-16 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; putih, ada rambut. 8 mm. Kelopak bunga: 4; kuning hijau, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; dan sebuah tangkai putik, panjang 4-6 mm.
·       Buah : Panjangnya 2,5-4 cm, berbentuk buah pir, berwarna coklat, berisi 1 biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil agak halus. Leher kotilodon kuning kehijauan ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 20-35 cm (kadang sampai 50 cm) dan diameter 1,5-2,0 cm.

39. Sarcolobus globosa
·       Daun : Permukaan atas daun ditutupi oleh rambut, khususnya di bagian urat daun. Daun agak tebal, panjang gagang 2-30 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 4-9 x 3-5,5 cm.
·       Bunga : Berwarna kuning dengan garis-garis memanjang berwarna jingga. Bagian dalam bunga ditutupi rambut-rambut pendek. Bunga terdapat pada tandan yang padat, panjang gagang bunga 0,5-2 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (5-10 bunga per kelompok). Daun mahkota: 5; diameter 12-14 mm, terletak diatas tabung yang panjangnya 2,5 mm. Kelopak bunga: 5 terdapat kelenjar di dalamnya. Kepala sari: Ujungnya tumpul, berwarna coklat.
·       Buah : Berwarna coklat, berbintil, sebagian besar soliter, elips melebar dengan pangkal yang tidak merata. Buah memiliki gagang yang tebal, kaya akan cairan yang menyerupai susu. Biji berjumlah banyak, permukaannya rata dan bentuknya bulat telur terbalik, dikelilingi oleh tepian yang menyerupai sayap, berukuran 13-15 x 8-9 mm. Ukuran: buah: 8-9 x 7-8 cm, biji: 20-25 x 16-18 mm.

40. Scyphiphora hydrophyllacea
·       Daun : Daun berkulit dan mengkilap. Pinak daun berkelenjar, terletak pada pangkal gagang daun membentuk tutup berambut. Gagang daun lurus panjangnya hingga 13 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 4-9 x 2-5 cm.
·       Bunga : Warna putih, hampir tak bertangkai, biseksual, terdapat pada tandan yang panjangnya hingga 15 mm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (3-7 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4-5; putih-agak merah, elips, 2-4 x 2- 2,5 mm, mulut berambut kasar. Kelopak bunga: 4-5; berbentuk mangkok, bawahnya seperti tabung (panjang 5mm). Benang sari: 4-5.
·       Buah : Silindris, berwarna hijau hingga coklat, berurat memanjang dan memiliki sisa daun kelopak bunga. Tidak membuka ketika matang. Terdapat 4 biji silindris. Ukuran: buah: panjang 8 mm, biji: 1 x 2 mm.

41. Sonneratia alba
·       Daun : Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.
·       Bunga : Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok.
·       Buah : Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.

42. Sonneratia caseolaris
·       Daun : Gagang/tangkai daun kemerahan, lebar dan sangat pendek. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: membundar. Ukuran: bervariasi, 5-13 x 2-5 cm.
·       Bunga : Pucuk bunga bulat telur. Ketika mekar penuh, tabung kelopak bunga berbentuk mangkok, biasanya tanpa urat. Letak: di ujung. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: merah, ukuran 17-35 x 1,5-3,5 mm, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam putih kekuningan hingga kehijauan. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya merah, mudah rontok.
·       Buah : Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Ukuran lebih besar dari S.alba, bijinya lebih banyak (800-1200). Ukuran: buah: diameter 6-8 cm.

43. Sonneratia ovata
·       Daun : Gagang/tangkai daun panjangnya 2-15 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur. Ujung: membundar. Ukuran: 4-10 x 3-9 cm.
·       Bunga : Gagang/tangkai bunga lurus, panjang 1-2 cm, atau kadang-kadang tidak ada. Pucuk bunga berbentuk bulat telur lebar dan ditutupi oleh tonjolan kecil. Letak: di ujung. Formasi: soliter-kelompok (ada 1-3 bunga per kelompok). Daun mahkota: tidak ada. Kelopak bunga: bagian dalam merah. Panjangnya 2,5 - 4,5 cm. Tabung seperti mangkok, muncul dari gagang yang pendek. Benang sari: banyak, warnanya putih dan mudah rontok.
·       Buah : Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Ukuran hampir sama dengan S.alba. Ukuran: buah: diameter 3-5 cm.

44. Xylocarpus granatum
·       Daun : Agak tebal, susunan daun berpasangan (umumnya 2 pasang pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Unit & Letak: majemuk & berlawanan. Bentuk: elips - bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 4,5 - 17 cm x 2,5 - 9 cm.
·       Bunga : Bunga terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Tandan bunga (panjang 2-7 cm) muncul dari dasar (ketiak) tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 4-8 mm. Letak: di ketiak. Formasi: gerombol acak (8-20 bunga per gerombol). Daun mahkota: 4; lonjong, tepinya bundar, putih kehijauan, panjang 5-7 mm. Kelopak bunga: 4 cuping; kuning muda, panjang 3 mm. Benang sari: berwarna putih krem dan menyatu di dalam tabung.
·       Buah : Seperti bola (kelapa), berat bisa 1-2 kg, berkulit, warna hijau kecoklatan. Buahnya bergelantungan pada dahan yang dekat permukaan tanah dan agak tersembunyi. Di dalam buah terdapat 6-16 biji besar-besar, berkayu dan berbentuk tetrahedral. Susunan biji di dalam buah membingungkan seperti teka-teki (dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘puzzle fruit’). Buah akan pecah pada saat kering. Ukuran: buah: diameter 10-20 cm.

45. Xylocarpus mekongensis
·       Daun : Pinak daun berbentuk lonjong, dengan ukuran 4,5-12 x 2-7,5 cm, dengan ujung tajam atau tumpul dengan panjang 2-4 mm. Unit & Letak: majemuk & berlawanan. Bentuk: elips - bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: panjang bisa mencapai 20 cm.
·       Bunga : Tandan bunga (panjang 4-6,5 cm) muncul dari ketiak tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 6-10 mm. Letak: di ketiak. Formasi: gerombol acak (9-35 bunga per gerombol). Daun mahkota: berbentuk lonjong lebar, berwarna putih kekuningan dan panjang 5 x 2 mm. Kelopak bunga: berwarna hijau, panjang 2 mm. Benang sari: tabung benang sari berbentuk seperti kendi, panjang 5 mm. Kepala sari panjangnya 1 mm.
·       Buah : Seperti bola dan terbagi atas beberapa bagian kepingan. Ukuran: buah: diameter 5-10 cm, biji: diameter 6,5 cm

46. Xylocarpus moluccensis.
·       Daun : Lebih tipis dari X.granatum, susunan daun berpasangan (umumnya 2-3 pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Unit & letak: majemuk & berlawanan. Bentuk: elips - bulat telur terbalik. Ujung: meruncing. Ukuran: 4-12 cm x 2-6,5cm.
·       Bunga : Terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Tandan bunga (panjang 6-18,5 cm) muncul dari ketiak tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 2-10 mm. Letak: di ketiak. Formasi: gerombol acak (10-35 bunga per gerombol). Daun mahkota: 4; putih kekuningan, lonjong, tepinya bundar, panjang nya 6-7 mm. Kelopak bunga: 4 cuping; hijau kekuningan, panjang sekitar 1,5 mm. Benang sari: 8, menyatu; putih krem dan tingginya sekitar 2 mm.
·       Buah : Warna hijau, bulat seperti jambu bangkok, permukaan berkulit dan di dalamnya terdapat 4-10 kepingan biji berbentuk tetrahedral. Ukuran: buah: diameter 8-15 cm.

47. Xylocarpus rumphii
·       Daun : Susunan daun berpasangan (umumnya 3-4 pasang pertangkai) dan ada pula yang menyendiri. Warna hijau tua. Unit & Letak: majemuk & berlawanan. Bentuk: bulat telur-bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 7 x 12 cm.
·       Bunga : Terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Letak: di ketiak. Formasi: Gerombol acak. Daun mahkota: 4; krem-putih kehijauan. Kelopak bunga: 4 cuping; hijau kekuningan. Benang sari: menyatu membentuk tabung; putih krem.
·       Buah : Warna hijau, bulat seperti jambu bangkok, permukaan licin berkilauan dan di dalamnya terdapat 4-10 kepingan biji berbentuk tetrahedral. Ukuran: buah: diameter 8 cm (lebih kecil dari X. granatum).

2.5.2        Mangrove Ikutan
1.      Barringtonia asiatica
·       Daun : Berwarna hijau tua, agak tebal, berkulit dan urat daun nampak jelas. Ketika masih muda daun berwarna agak merah muda, ketika tua berwarna kuning atau merah muda pucat. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: agak membundar, tumpul. Ukuran: 15-45 x 9-20 cm.
·       Bunga : Menggantung, berukuran sangat besar, diameternya sampai 10 cm dan harum. Formasi: bergerombol, menggantung seperti payung. Daun mahkota: 4, putih dan kuning. Kelopak bunga: berwarna putih kehijauan. Benangsari: banyak dan panjang, warnanya merah di bagian ujung dan putih di dekat pangkal.
·       Buah : Besar, permukaan halus dan berbentuk tetrahedral/piramid seperti buah delima. Buah berwarna hijau (kadang tersamar oleh warna daunnya) lalu berubah menjadi cokelat. Berisi satu biji berukuran besar. Ukuran: diameter buah 10-15 cm.

2.      Calophyllum inophyllum
·       Daun : Memiliki banyak urat dengan posisi lateral paralel dan halus. Bagian atas daun berwarna hijau tua dan mengkilap, bagian bawahnya hijau agak kekuningan. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: elips hingga bulat memanjang, agak mirip dengan daun Rhizopora mucronata (jenis bakau). Ujung: membundar. Ukuran: 10-21,5 x 6-11 cm.
·       Bunga : Biseksual, tandan bunga panjangnya hingga 15 cm serta memiliki 5-15 bunga per tandan. Letak: di ketiak. Formasi: bergerombol, menggantung seperti payung. Daun mahkota: 4, putih dan kuning, harum, ukuran diameter 2-3 cm. Kelopak bunga: 4, dua dari kelopak bunga berwarna putih. Benangsari: banyak.
·       Buah : Berbentuk bulat seperti bola pingpong kecil, memiliki tempurung kuat dan di dalamnya terdapat 1 biji. Ukuran: diameter buah 2,5-4 cm.

3.      Calotropis gigantea
·       Daun : Posisi daun horizontal, permukaan daun (atas maupun bawah) dilapisi oleh rambut-rambut halus yang berwarna agak putih seperti tepung. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: bulat telur melebar. Ujung: membundar. Ukuran: 10-20 x 3,5-5,5 cm.
·       Bunga : Memiliki tandan dan tangkai/gagang bunga yang panjang. Letak: pada ketiak daun. Formasi: seperti payung yang sedang dibuka. Daun mahkota: putih agak ungu, ukuran diameter 6-10 mm. Kelopak bunga: 5, seperti piramid, kekar dan kaku, berwarna ungu agak putih, diameter 3-4 cm.
·       Buah : Berbentuk bulat seperti kapsul dan di dalamnya terdapat banyak biji-biji yang permukaannya berambut halus. Ukuran: diameter buah 10-15 mm.

4.      Cerbera manghas
·       Daun : Agak gelap, hijau mengkilap di bagian atas dan hijau pucat di bagian bawah. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: bulat memanjang atau lanset, seperti daun mangga. Ujung: meruncing. Ukuran: 10-28 x 2-8 cm.
·       Bunga : Biasanya terdapat 20 –30 bunga pada setiap tandan. Letak: di ujung cabang. Formasi: berkelompok secara tidak beraturan. Daun mahkota: 5, putih bersih dengan bagian pusat berwarna jingga hingga merah muda-merah. Kelopak bunga: 5, putih kehijauan, jaraknya agak jauh dari daun mahkota. Benang sari: tidak bergagang, menempel pada mulut tabung. Perpanjangan dari masing-masing benang sari yang berambut dan berbentuk seperti taji menutupi kerongkongan tabung mahkota bunga.
·       Buah : Berbentuk bulat, hijau hingga hijau kemerahan, mengkilat dan berdaging. Selintas bentuknya menyerupai buah mangga. Ukuran: diameter buah 6-8 cm.

5.      Clerodendrum inerme
·       Daun : Hijau tua mengkilap di bagian atas, kaku dan tertekuk ke dalam. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: elip, bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: panjang 3-4 cm.
·       Bunga : Berbentuk lonceng. Letak: di ketiak daun. Formasi: berkelompok (3 bunga per kelompok). Daun mahkota: 5, putih bersih, bagian bawahnya bertangkai panjang. Kelopak bunga: hijau dan jaraknya agak jauh dari daun mahkota. Benang sari: terjurai sangat panjang jika dibandingkan dengan mahkota bunganya,  warnanya merah keunguan.
·       Buah : Berbentuk bulat telur, warna hijau hingga kecoklatan, permukaannya seperti kulit, mengkilat dan berdaging. Ukuran: diameter buah 7-10 mm.

6.      Derris trifoliata
·       Daun : Memiliki 3-7 pinak daun, permukaan atas berwarna hijau mengkilat dan bagian bawah abu-abu-hijau. Unit & Letak: majemuk dan bersilangan. Bentuk: bulat telur atau elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 6-13 x 2-6 cm.
·       Bunga : Biseksual, tandan bunga panjangnya 7-20 cm dan gagang bunga panjangnya 2 mm. Letak: di ketiak batang yang tumbuh horizontal sepanjang permukaan tanah. Formasi: bulir. Daun mahkota: ungu agak putih-merah muda pucat, panjangnya sekitar 1 cm. Benangsari: bagian atas tumbuh sendiri, sementara 9 lainnya bersatu.
·       Buah : Polong berkulit, bulat memanjang atau hampir bundar, tipis/pipih, bergerombol. Satu atau dua biji berkeriput, hampir bundar, hijau-perunggu ketika kering. Ukuran: buah 2-4,5 x 2,5-3,5 cm; biji 12 x 11 mm.

7.      Finlaysonia maritima
·       Daun : Tebal berdaging, warna hijau cerah. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: elips hingga bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 8-13 x 3,5-5 cm.
·       Bunga : Putih dan merah muda, panjangnya sekitar 0,7 – 1,0 cm.
·       Buah : Bentuk seperti kapsul atau seperti kantung perut ayam. Buah berpasangan, waktu masih muda berwarna hijau tapi jika sudah matang warnanya kemerahan. Ukuran: buah 7-8 x 2,5-3,5 cm.

8.      Hibiscus tiliaceus
·       Daun : Agak tipis (jika dibanding Thespesia populnea), berkulit dan permukaan bawah berambut halus dan berwarna agak putih. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: seperti hati. Ujung: meruncing. Ukuran: 7,5-15 x 7,5- 14,5 cm.
·       Bunga : Berbentuk lonceng. Saat mekar (sore hari) berwarna kuning muda dengan warna jingga/gelap di bagian tengah dasar, lalu keesokan harinya keseluruhan bunga jadi jingga dan rontok. Dasar dari gagang tandan bunga yang memanjang ditutupi oleh pinak daun yang kemudian akan jatuh dan menyisakan tonjolan berbentung cincin. Letak: di ketiak daun. Formasi: soliter atau berkelompok (2-5). Daun mahkota: kuning, diameter 5-7 cm. Kelopak bunga: 5, bergerigi. Tangkai putik: ada 5 (tidak menyatu), dengan kepala putik berwarna ungu kecoklatan
·       Buah : Membuka menjadi 5 bagian, dan memiliki biji khas yang berambut. Ukuran: diameter buah sekitar 2 cm.

9.      Ipomoea pes-caprae
·       Daun : Tunggal, tebal, licin dan mengkilat. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: bulat telur seperti tapak kuda. Ujung: membundar membelah (bertakik). Ukuran: 3-10 x 3-10,5 cm.
·       Bunga : Berwarna merah muda - ungu dan agak gelap di bagian pangkal bunga. Bunga membuka penuh sebelum tengah hari, lalu menguncup setelah lewat tengah hari. Letak bunga: di ketiak daun pada gagang yang panjangnya 3-16 cm. Formasi: soliter. Daun mahkota: berbentuk seperti terompet/corong, panjang 3-5 cm, diameter pada saat membuka penuh sekitar 10 cm.
·       Buah : Berbentuk kapsul bundar hingga agak datar dengan empat biji berwarna hitam dan berambut rapat. Ukuran: buah 12-17 mm, biji 6-10 mm.

10.  Melastoma candidum
·       Daun : Tebal, kaku, warnyanya hijau hingga hijau kekuningan. Urat daun menyirip rapat secara lateral, pada permukaan daun terdapat tiga tulang daun yang jelas dan memanjang lurus seperti garis (longitudinal) kearah ujung daun. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: bulat memanjang hingga lanset. Ujung: meruncing lancip. Ukuran: 2-20 x 0,75-8,5 cm.
·       Bunga : Warna ungu kemerahan, tandan dan gagang bunga berwarna hijau kecoklatan. Letak: di ujung cabang. Formasi: berkelompok, setiap kelompok ada 2-3 bunga. Daun mahkota: jumlahnya 4-18, membuka penuh secara horizontal, diameter saat membuka penuh 4,5-6,5 cm. Kelopak bunga: berbentuk tabung dengan bentuk cuping bergerigi 5. Tangkai putik: warnanya kuning keputihan, panjangnya 8-17 mm.
·       Buah : Berbentuk kapsul bulat, jika sudah matang akan merekah dan terbagi-bagi ke dalam beberapa segmen (bagian), warna ungu tua kemerahan. Biji kecil sekali berupa bintik-bintik berwarna coklat. Ukuran: diameter buah 8-10 mm.
11.  Morinda citrifolia
·       Daun : Tebal, bertangkai pendek, warnyanya hijau tua mengkilap, tepi daun rata. Urat daun menyirip kearah pinggiran daun dan tampak sangat jelas. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: bulat telur hingga elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 10-40 x 5-17 cm.
·       Bunga : Warna putih, harum dan mudah rontok. Letak: di ketiak daun. Formasi: payung dengan 5-8 bunga. Daun mahkota: jumlahnya 5, warna putih.
·       Buah : Lonjong bulat telur seperti kapsul dan penuh dengan benjolan. Ketika masih mentah berwarna hijau muda, ketika matang agak kekuningan, lembek dan berair. Biji kecil-kecil, coklat kehitaman dan banyak. Ukuran: panjang 5-10 cm.

12.  Pandanus odoratissima.
·       Daun : Berduri pada sisi daun dan ujungnya tajam. Panjang antara 0,5 – 2,0 meter.
·       Bunga : Letak: di ujung. Benangsari: banyak. Formasi: payung.
·       Buah : Seperti buah nenas dan ketika matang warnanya merah.

13.  Pandanus tectorius
·       Daun : Berduri pada sisi daun dan ujungnya tajam. Panjang antara 0,5 – 2,0 meter
·       Bunga : Warna merah-ungu. Letak: di ujung. Benangsari: banyak. Formasi: payung.
·       Buah : Seperti buah nenas dan ketika matang warnanya kuning jeruk.
14.  Passiflora foetida
·       Daun : Berwarna hijau kekuningan hingga hijau muda mengkilat seperti ada lapisan lilin, berambut halus, bertangkai 2-10 cm. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: seperti jantung, lebar menjari dengan tiga lekukan. Ujung: meruncing. Ukuran: 5-13 x 4-12 cm.
·       Bunga : Warna agak putih hingga ungu muda/pucat, pada bagian tengahnya jauh lebih ungu. Letak: di ketiak tangkai daun. Formasi: soliter. Daun mahkota: berbentuk bulat telur terbalik, diameter hingga 5 cm. Benang sari: banyak, putih dan panjangnya dapat melampaui ukuran panjang mahkota bunga.
·       Buah : Bulat seperti kelereng, kadang agak lonjong. Kulit buah hijau jika mentah dan menjadi getas dan kuning ketika matang. Buah dibungkus oleh serabut yang berambut banyak. Di dalam buah banyak dijumpai biji. Ukuran: diameter buah 1,5-3,0 cm.

15.  Pongamia pinnata
·       Daun : Tersusun dalam dua deret, dengan 3-7 pinak daun yang terletak secara bersilangan, mengkilat dan warnanya hijau tua. Unit & Letak: majemuk dan bersilangan. Bentuk: bulat telur hingga elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 5-22,5 x 2,5-15 cm.
·       Bunga : Seperti kacang, warna ungu pucat. Bunga terletak berpasangan di sepanjang tandan bunga yang panjangnya 6-27 cm. Gagang bunga berukuran 7-15 mm ditutupi oleh pinak daun yang halus dan berambut pendek. Letak: di ketiak daun. Formasi: bergerombol secara acak. Daun mahkota: berbentuk bulat telur terbalik , panjang 11-18 mm. Kelopak bunga: berbentuk cangkir, panjangnya 4-5 mm, ditutupi oleh rambut yang pendek dan halus serta memiliki gigi tumpul yang sangat pendek.
·       Buah : Polong berkulit tebal dan berparuh, memiliki gagang pendek di atas goresan daun mahkota bunga, padat dan memiliki sebuah biji. Polong tidak membuka ketika masak. Warna buah hijau kecoklatan. Ukuran: 5-7 x 2-3 cm.

16.  Ricinus communis
·       Daun : Seperti daun singkong, tapi tepinya bergerigi, urat daunnya rapat dan jelas. Warna daun hijau tua di permukaan atas dan hijau muda di permukaan bawah. Tangkai daun panjang berwarna hijau hingga merah bata. Unit & Letak: sederhana tunggal dan bersilangan. Bentuk: menjari dengan jumlah jari 7 – 9. Ujung: meruncing. Ukuran: diameter 10-40 cm.
·       Bunga : Majemuk, berwarna kuning oranye dan berkelamin satu.
·       Buah : Bentuknya bulat bersegmen (ada 3 segmen) dan berambut (seperti buah rambutan). Warna buah hijau dan bergerombol pada tandan yang panjang. Satu tandan dapat berisikan sekitar 30 – 40 buah.

17.  Scaevola taccada
·       Daun : Melebar kearah atas, berwarna hijau kekuningan dan mengkilat, tepinya melengkung dan permukaan daun seperti berlapis lilin. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik hingga elips. Ujung: membundar. Ukuran: 16,5-30 x 7,5-9,5 cm.
·       Bunga : Letak bunga: di ketiak daun. Formasi: mengelompok. Daun mahkota: putih bersih, sering pada bagian dalamnya terdapat strip/garis berwarna jingga. Tangkai Putik: membengkok.
·       Buah : Berbentuk kapsul, bulat. Ketika muda berwarna hijau muda, lalu menjadi putih ketika sudah matang. Ukuran: diameter buah 8-12 mm.

18.  Sesuvium portulacastrum
·       Daun : Tebal berdaging. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: bulat memanjang hingga lanset. Ujung: membundar. Ukuran: 2,5-7 x 0,5-1,5 cm.
·       Bunga : Kecil, warna ungu, memiliki tangkai panjangnya 3-15 mm dan tabung panjangnya 3 mm. Letak bunga: di ketiak daun. Formasi: soliter. Daun mahkota: 5 cuping, panjang 6-9 mm. Benangsari: banyak dan 3-4 tangkai putik.
·       Buah : Berbentuk kapsul, bundar dan halus, panjang melintang kira-kira 8 mm. Terdapat beberapa biji hitam berbentuk kacang, halus dan panjangnya 1,5 mm.

19.  Stachytarpheta jamaicensis
·       Daun : Permukaan daun kasar dan guratan – guratan / lekukan di permukaannya tampak jelas. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: bulat telur, tepi bergerigi, tidak berambut. Ujung: meruncing. Ukuran: 2,5-6 x 1,0-3,5 cm.
·       Bunga : Terdapat pada tandan yang panjangnya mencapai 4-20 cm seperti pecut, bunga duduk tanpa tangkai. Bunga mekar tidak serentak, ukurannya kecil berwarna ungu kebiruan dan putih. Letak: di ketiak daun. Formasi: bulir pada tandan yang panjang.
20.  Terminalia catappa
·       Daun : Sangat lebar, umumnya memiliki 6-9 pasang urat yang jaraknya berjauhan, dengan sebuah kelenjar terletak pada salah satu bagian dasar dari urat tengah. Daun berubah menjadi merah muda atau merah beberapa saat sebelum rontok, sehingga kanopi pohon tampak berwarna merah. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 8- 25 x 5-14 cm (kadang panjangnya sampai 30 cm).
·       Bunga : Tandan bunga (panjangnya 8-16 cm) ditutupi oleh rambut yang halus. Bunga berwarna putih atau hijau pucat dan tidak bergagang. Sebagian besar dari bunga merupakan bunga jantan, dengan atau tanpa tangkai putik yang pendek. Letak: di ketiak daun. Formasi: bulir. Kelopak bunga: halus di bagian dalam.
·       Buah : Penampilan seperti buah almond. Bersabut dan cangkangnya sangat keras. Ukuran 5-7 cm x 4x5,5 cm. Kulit buah berwarna hijau hingga hijau kekuningan (mengkilat) di bagian tengahnya, kemudian berubah menjadi merah tua.

21.  Thespesia populnea
·       Daun : Tebal, berkulit dan permukaannya halus. Unit & Letak: sederhana dan bersilangan. Bentuk: seperti hati. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-24 x 5-16 cm.
·       Bunga : Berbentuk lonceng, kuning muda dengan warna jingga/gelap di bagian tengah dasar. Tangkai putik menyatu, berwarna kuning dan ujungnya tumpul. Bunga berisi cairan seperti susu berwarna kuning yang kemudian akan berubah menjadi merah. Terdapat 3-8 pinak daun di bagian luar kelopak bunga.
·       Buah : Bakal buah juga memiliki cairan berwarna kuning. Buah seperti bola dan bersegmen, diameter 2,5-4,5 cm. Terdapat 3-4 biji pada setiap ruang/segmen buah yang padat ditutupi oleh rambut pendek .

22.  Wedelia biflora
·       Daun : Tepi daun bergerigi, dengan gagang daun panjangnya 0,5-4 cm. Bentuk: bulat telur. Letak: bersilangan. Ukuran: 3-17 x 1-12 cm.
·       Bunga : Kepala bunga biasanya soliter, berwarna kuning cerah, terletak pada bagian atas ketiak bunga atau kadang-kadang dalam pasangan, diameter 1,5-2,5 cm. Gagang bunga panjangnya 1-7 cm, ditutupi oleh rambut. Memiliki kekhasan berupa bunga komposit dengan delapan “daun mahkota” (sesungguhnya adalah bunga terpisah berbentuk seperti bendera) dan cakram bunga (betina), berjumlah 20-30.
(Noor: 2006)

2.6              Adaptasi Vegetasi Mangrove
Tumbuhan mangrove mempunyai daya dan adaptasi yang khas sesuai dengan habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut dan salinitas. Berdasarkan habitatnya adaptasi tumbuhan mangrove dapat di kelompokkan sebagai berikut:
2.6.1        Adaptasi Terhadap Keadaan Tanah Yang Kurang Stabil Dan Adanya Pasang Surut Air

Tinggi permukaan tanah dalam rawa mangrove tidak tetap karena arus sungai yang masuk mengendapkan tanah aluvial sehingga meninggikan permukaan lumpur. Keadaan ini dapat terganggu arus laut yang mengikis habis tanah dalam rawa mangrove, sehingga kecambah tumbuhan sangat sukar mendapatkan tempat yang baik untuk berkecambah. Untuk melawan keadaan ini sejumlah tumbuhan mangrove mempunyai akar tunjang yang bergantung di udara (Ewusie: 1990).
2.6.2        Adaptasi terhadap Kadar Garam yang Tidak Stabil
Pada dasarnya rawa mangrove dipengaruhi oleh pasang surut air, dimana rawa mangrove ini akan menerima air berkadar garam rendah dari aliran air sungai dan air yang berkadar garam tinggi dari laut, pada waktu yang berbeda-beda dalam sehari. Mengingat hal ini, kebanyakan tumbuhan dalam rawa mangrove adalah halofit, yaitu tumbuhan yang tersesuaikan untuk tumbuh dalam habitat yang asin. Tumbuhan ini mempunyai tekanan osmosis larutan yang tinggi dalam selnya, (Ewusie: 1990).
Menurut  (Wibowo: 1996) Jenis-jenis seperti Rhizophora, Sonneratia dan Lumnitzera mampu mengatasi kadar garam karena akarnya dapat menyaring NaCl dari air, memiliki sel-sel khusus di dalam daun yang berfungsi menyimpan garam. Dauin ini kemudian digugurkan, memiliki sel penyimpan air. Tumbuhan mengambil air pada saat pasokan air tawar cukup banyak, kemudian menyimpannya pada sel-sel tersebut. Air simpanan ini dipergunakan untuk mengencerkan cairan sel yang kadar garamnya lebih tinggi, dan daunnya memmpunyai struktur stomata untuk mengurangi peguapan.
2.6.3        Oksigen Tereduksi di Dalam Tanah
Tanah pada rawa mangrove itu berlumpur dan jenuh dengan air sehingga boleh dikatakan tidak mangandung oksigen. Dalam keadaan ini hanya sejumlah tumbuhan yang dapat hidup. Sementara bagian paling atas tanahnya mungkin sedikit teroksidasi dan menjadi warna kecoklatan, tetapi sisa tanah di bawahnya berwarna kebiru-biruan. Perbedaan warna pada tanah rawa mangrove disebabkan oleh perbedaan kandungan oksigen, kegiatan bakteri belerang dan juga pengaruh genangan air pada tanah rawa mangrove. Untuk mengambil oksigen dari udara beberapa spesies tumbuhan bakau mempunyai pneumatofora (akar napas) yang menjulang keatas dan batang yang berlentisel. Alat-alat ini dapat mengambil langsung oksigen dari udara dan kemudian mengirimkannya ke akar dan bagian tubuh lain yang memerlukannya.
Pneumatofor merupakan bagian akar yang tumbuh mencuat vertical  keluar dari bawah tanah sampai pada ketinggian sekitar 20-30 cm dari atas tanah. Pada saat air surut udara melalui pneumatofor dan mnyebabkan kebawah selanjutnya ke seluruh jaringan hidup di akar , akar napas ini terdapat pada spesies tumbuhan bakau seperti Avicennia sp, Xylocarpus sp, dan Sonneratia sp. (Ferianita: 2007).

2.7              Fungsi Mangrove
Menurut (Anwar: 1996) “ Mangrove mempunyai manfaat yang sangat besar dimana ada 3 fungsi dari mangrove” yaitu:
2.7.1        Fungsi fisik
a.         Menjaga agar garis pantai tetap stabil
b.         Melindungi pantai dan tebing sungai dari erosi laut (abrasi) serta menahan tiupan angin kencang dari laut.
c.         Menahan hasil proses penimbunan lumpur sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
d.         Menjadi wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi) dan berfungsi dalam menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar, sehingga dapat menyangga kehidupan di daratannya.
e.         Mengolah bahan limbah, penghasil oksigen dan menyerap karbondioksida.
2.7.2        Fungsi Biologi
a.         Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton dan invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan, dimana plankton dan invertebrata kecil ini kemudian penting pula sebagai sumber makanan biota yang labih besar.
b.         Tempat memijah dan berkembangbiaknya berbagai macam ikan, kerang, kepiting dan udang.
c.         Tempat berlindung dan bersarang serta berkembangbiaknya burung dan satwa lainnya.
d.         Sebagai sumber plasma nutfah
e.         Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota
2.7.3        Fungsi Ekonomis
a.         Penghasil kayu, baik kayu bakar, arang maupun bahan bangunan.
b.         Penghasil bahan industri yaitu pulp, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, alkohol, penyamak kulit, kosmetik, zat pewarna dan lain-lain.
c.         Penghasil bibit ikan, nener, udang, kerang, kepiting, telur dan madu
d.         Sebagai tempat pariwisata, penelitian dan pendidikan
Dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di pesisir bagi berbagai peruntukan seperti pemukiman, perikanan dan pelabuhan sehingga tekanan terhadap ekosistem pesisir khususnya hutan mangrove semakin meningkat. Meningkatnya tekanan ini berdampak terhadap kerusakan ekosisitem hutan mangrove baik secara langsung seperti penebangan atau konservasi lahan maupun secara tidak langsung (Bengen: 2000).

2.8              Keanekaragaman Vegetasi Mangrove
Keanekaragaman memiliki pegertian beranekaragam, bermacam-macam atau bervariasi. Menurut (Whitten: 1991) keanekaragaman hayatai atau keanekaragan biologi merupakan istilah yang berkenan dengan berbagai kehidupan di bumi. istilah paling  sering berkenaan dengan jenis (spesies). Dari beberapa pendapat diatas, maka dapatlah diambil suatu kesimpulan pengertian bahwa keanekaragaman vegetasi magrove adalah jumlah spesies vegetasi mangrove yang hidup disuatu tempat menjadi komunitas bagi tumbuhan tersebut, sehingga nantinya akan terbentuk suatu ekosisitem tumbuhan yang sesuai.
Vegetasi mangrove dengan tumbuhan darat dapat dengan mudah dikenali hanya dengan melihat bentuk akarnya yang mencuat ke atas. Mangrove beradaptasi dengan mencuatkan akar-akarnya ke udara, untuk menghindari sedimennya yang anoksik atau mengandung racun-racun yang berbahaya bagi tubuhnya.  Menurut Kitamura, terdapat enam jenis tipe akar mangrove.


1)         Akar Tunjang
Akar tunjang adalah akar udara yang tumbuh di atas permukaan tanah, mencuat dari batang pohon dan dahan paling bawah serta memanjang ke luar dan menuju ke permukaan tanah. Contohnya, Rhizophora.
2)         Akar Nafas
Akar napas adalah akar udara yang berbentuk seperti pensil atau kerucut yang menonjol ke atas, terbentuk dari perluasan akar yang tumbuh secara horisontal. Contohnya, Avicennia.
3)         Akar Lutut
Akar lutut adalah akar horisontal yang berbentuk seperti lutut terlipat di atas permukaan tanah, meliuk ke atas dan bawah dengan ujung yang membulat di atas permukaan tanah. Contohnya Bruguiera.
4)         Akar Papan
Akar papan adalah akar yang tumbuh secara horisontal, berbentuk seperti pita di atas permukaan tanah, bergelombang dan berliku-liku ke arah samping seperti ular. Contohnya, Xylocarpus.
5)         Akar Banir
Akar banir adalah struktur akar seperti papan, memanjang secara radial dari pangkal batang. Contohnya, Ceriops.
6)         Akar Tanpa Akar Udara adalah akar biasa, tidak berbentuk seperti akar udara. Contohnya, Aegiceras. 
Kawasan Samudera India bagian Utara dan Pasifik Barat (memanjang dari laut merah sampai Jepang dan Indonesia) merupakan tempat keanekaragaman jenis mangrove tertinggi didunia. Dua kawasan tersebut mewakili masing-masing 44 dan 38 jenis dari 60 jenis mangrove sejati yang tercatat di dunia. Sementara di kawasan Amerika Barat/Pasifik Timur, Amerika Timur/Karibea dan Afrika Barat hanya memiliki 7 jenis serta Afrika Timur 9 jenis. Di Indonesia sendiri. terdapat perbedaan dalam hal keragaman jenis mangrove antara satu pulau dengan pulau yang lainnya. dari 202 jenis mangrove yang telah diketahui, 166 jenis terdapat di Jawa, 157 jenis di Sumatera, 150 jenis di Kalimantan, 142 jenis di Irian Jaya, 135 jenis di Sulawesi, 133 jenis di Maluku dan 120 jenis di kabupaten Sunda Kecil. dengan  demikian dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman jenis mangrove yang paling tinggi di dunia (Noor Rusila: 2006).


2.9              Pengertian Crustacea
Crustacea dibagi menjadi 2 sub-kelas, yaitu Entomostraca (udang-udangan rendah) dan Malacostrata (udang-udangan besar). Entomostraca umumnya berukuran kecil dan merupakan zooplankton yang banyak ditemukan di perairan laut atau air tawar. Golongan hewan ini biasanya digunakan sebagai makanan ikan, contohnya adalah ordo Copepoda, Cladocera, Ostracoda, dan Amphipoda. Sedangkan, Malacostrata umumnya hidup di laut dan pantai. Yang termasuk ke dalam Malacostrata adalah ordo Decapoda dan Isopoda. Contoh dari spesiesnya adalah udang windu (Panaeus), udang galah (Macrobanchium rosenbergi), rajungan (Neptunus pelagicus), dan kepiting (Portunus sexdentalus).
2.9.1        Malacostraca
Malacostraca adalah crustacea yang berukuran lebih besar dari pada entomostraca. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah Udang, lobster, dan kepiting.Berikut akan dibahas sedikit mengenai urain hewan kelompok satu ini.
Udang memiliki ekssoskeleton yang keras untuk melindungi tubuhnya.Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu kaput dan toraks yang menyatu membentuk sefalotoraks, serta abdomen.Dibagian sefalotoraks dilindungi oleh eksoskeleton yang keras berupa karapaks.Karapaks memiliki duri di ujung anterior yang disebut rostrum.Di dekat rostrum terdapar mata faset ( majemuk) yang bertangkai.Pada kaput sefalotoraks merupakan penyatuan lima segmen.Dibagian kaput terdapat sepasang antenula, sepasang antena, dan tiga pasang bagian mulut.Antenula berfungsi sebagai alat peraba, sedangkan antena sebagai alat keseimbangan tubuh.Tiga pasang mulut terdiri dari sepasang mandibula dan dua pasang maksila.Pada bagian toraks terdiri dari delapan segmen, terdapat tiga pasang maksiliped, sepasang seliped, dan empat pasang kaki jalan(periopod).
Maksiliped tersebut berfungsi sebgai penyaring makanan.Seliped berfungsi untuk mencari makanan dan melindungi diri dari musuh.Pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang (pleopod).Pada ujung posterior terdapat telson dan sepasang alat kemudi untuk berenang (urupod).Pada udang jantan, pasangan pleopod 1 dan 2 bersatu menjadi gonopod.Gonopod berfungsi sebagai penyalur sperma saat kopulasi.Sedangkan pada wanita berfungsi untuk melekatkan telur dan membawa anaknya.Saluran pencernaan udang terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Mulut dan esofagus terletak di bagian bawah sefalotoraks.Lambung ( terletak di sefalotoraks ) dan usus ( terletak di abdomen ) berada disepanjang bagian dorsal tubuh.Hati yang merupakan kelanjar pencernaan terletak di bagian toraks dan abdomen.makanan udang berupa berudu, larva, serangga, dan ikan-ikan kecil.Sisa metabolisme dikeluarkan melalui alat kelenjar hijau yang terletak di kepalanya.Pernapasan dilakukan dengan insang yang terdapat di bagian ventral tubuhnya dekat kaki.Sistem peredaran darah terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan sinus yang rongganya berdinding tipis. Organ kelamin bersifat dioseus. (Anonymous: 2011).

2.9.2        Struktur dan Fungsi Tubuh Malacostraca
Tubuh Malacostraca terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor. Pada udang betina, kaki di bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya. Sistem pencernaan Malacostraca dimulai dari mulut, kerongkong, lambung, usus, dan anus. Sisa metabolisme akan diekskresikan melalui sel api. Sistem saraf Malacostraca disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indra peraba), mata (indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan). Hewan-hewan Malacostraca bernapas dengan insang yang melekat pada anggota tubuhnya dan sistem peredaran darah yang dimilikinya adalah sistem peredaran darah terbuka. O2 masuk dari air ke pembuluh insang, sedangkan CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini akan diedarkan ke seluruh tubuh tanpa melalui pembuluh darah. Golongan hewan ini bersifat diesis (ada jantan dan betina) dan pembuahan berlangsung di dalam tubuh betina (fertilisasi internal). Untuk dapat menjadi dewasa, larva hewan akan mengalami pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali (Anonymous: 2011).


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1              Lokasi dan Waktu Pelaksanaan.
Kegiatan penelitian ini akan berlangsung pada kawasan hutan mangrove yang terletak  di Gampong Pasie Lhok Kabupaten Pidie. Waktu pelaksanaannya yaitu pada bulan Februari 2014.
3.2              Alat dan Bahan
No
Alat/Bahan
Jumlah
Fungsi
A
Alat


1.
Tali rapia
1 gulung
Membatasi setiap kuadrat
2.
Meteran
1
Mengukur luas kuadrat
3.
Buku Identifikasi
1
Mengidentifikasi jenis tumbuhan dan Malacostraca yang belum diketahui namanya.
4.
Alat tulis
1
Mencatat setiap tumbuhan dan Malacostraca yang di jumpai dalam penelitian.
5.
Kamera
1
Mengambil gambar tumbuhan mangrove dan Malacostraca yang dijumpai
6.
Termometer
1
Untuk mengukur suhu
7.
Salinometer
1
Untuk mengukur tingkat salinitas
8.
pH Meter
1
Untuk Mengukur kadar pH air
9.
Termometer
1
Untuk mengukur Suhu air
10.
Higro Meter
1
Untuk mengukur Suhu udara dan kelembapan udara
11.
Secchi disk
1
Untuk mengukur kedalaman air
12.
Perangkap kepiting
6
Untuk menangkap kepiting
13.
Bubu
2
Untuk menangkap Malacostraca selain kepiting.
B
Bahan


1.
Tumbuhan Mangrove

Sebagai sample penelitian dalam tumbuhan penyusun ekosistem mangrove
2.
Malacostraca

Sebagai sample penelitian dalam Malacostraca yang bervariasi dengan tumbuhan penyusun ekosistem mangrove.
3.
Air

Untuk mengetahui suhu dan salinitas habitat ideal tumbuhan penyusun mangrove dan Malacostraca


3.3              Parameter
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah jenis, individu tiap jenis dan dominasi jenis tumbuhan yang terdapat di areal Mangrove, beserta jumlah spesies Malacostrata di pesisir pantai Pasie Lhok.


3.4              Metode Pelaksanaan.
Tehnik sampling yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Metode Kuadrat. Pembuatan plot dilakukan pada jalur. Jalur-jalur tersebut dibuat tegak lurus dengan garis pantai. Jarak antar jalur adalah 100 m dan jarak antara plot adalah 25 m. Setiap plot dibuat petak ukur berbentuk bujur sangkar berukuran 10m x 10m. Pengambilan data lapangan pada tiap plot dilakukan pencatatan nama jenis, jumlah jenis, jumlah individu dan diameter pohon.
Pengambilan Malacostraca dilakukan dengan memasang perangkap yang di buat dari besi dan jaring yang di rajut menjadi perangkap. Pada wilayah penyamplingan di letakkan 6 perangkap untuk kepiting dan bubu untuk malacostraca yang lain selain kepiting, yang diletakkan secara acak. Perangkap diletakkan pada malam hari mulai pukul 19.30 wib dan diambil kembali pada pukul 03.00 wib.

3.5              Analisa Data.
Data yang dikumpul dalam penelitian ini adalah jumlah jenis, individu tiap jenis, dan dominansi jenis, dimana data tersebut digunakan untuk menghitung Indeks Nilai Penting (INP), Keanekaragaman (H’) dan Tinggkat Asosiasi.
3.5.1        Kerapatan Jenis
Kerapatan jenis menunjukkan jumlah individu setiap jenis per satuan luas daerah. Perhitungan kerapatan jenis dengan menghitung jumlah individu tiap jenis yang dijumpai dalam kuadrat sampel, jenis tumbuhan pada setiap kuadrat sampel, di determinasi, dicatat nama ilmiah dan nama daerahnya pada  lembaran data. Untuk jenis yang tidak dikenal atau tidak diketahui nama jenisnya dia mbil sampelnya dan diberi label atau tanda untuk selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku acuan Backer dan Van Den Brink (1968), Dietriech G. Begen (2000) dan Van setenis (1987).
Kerapatan jenis dapat dihitung dengan formula :
Kerapatan mutlak (Km) =
3.5.2        Dominansi
Dominansi adalah luas penutup suatu jenis, khususnya tumbuhan terhadap muka bumi, dimana satuan untuk dominansi dapat digunakan satuan luas maupun persen (%) (Ferianita: 2007). Dominansi dalam penelitian ini diperlukan luas bidang dasar pohon setiap jenis yang ditemukan pada kuadrat sampel. Luas bidang pohon diperoleh dari pengukuran keliling batang pohon setinggi dada. Dominansi diperoleh dari tabulasi data dengan formula:
Dominansi mutlak (DM) =
3.5.3        Frekuensi
Frekuensi menyatakan hadir atau tidaknya suatu jenis pada kuadrat sampel. Untuk menghitung frekuensi diperoleh dari tabulasi data dengan formula.
Frekuensi mutlak (Fm) =
Selanjut perhitungan dari kerapan jenis, dominansi jenis dan frekuensi digunakan untuk menghitung indeks nilai penting. Nilai penting adalah tingkat kedudukan suatu jenis tumbuhan dalam suatu komunitas. Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Snedakeer  (1984). INP ditentukan dengan rumus berikut:
INP = Kr + Fr + Dr
a.                   Kerapatan Relatif        =
b.                  Frekuensi Relatif           =  %
c.                   Dominansi Relatif         =  X 100 %
( Ferianita 2007: 145 )
Analisis data dalam penelitian ini digunakan Indeks keanekaragaman, Indeks dominansi (Id) dan Indeks Kesamaan (IS).

3.6              Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman tumbuhan dan Crustacea dihitung dengan rumus Shannon- Wiener sebagai berikut:
 =  -  atau
-  Pi Ln Pi                  
      Dimana :
H = Indeks keragaman umum Shannon
ni = INP dari setiap jenis.
N = Total INP jenis atau biomasa dari setiap jenis.
Pi = Peluang kepentingan setiap jenis 
Ln = Logaritma natural
3.6.1        Indeks keragaman jenis
Derajat Pencemaran
Indeks Diversitas (H)
·           Tidak Tercemar ( Keanekaragaman Tinggi )
·           Tercemar Sedang ( Keanekaraman Sedang )
·           Tercemar Berat ( Keanekaraman rendah )
> 2,0
1,0-2,0
<1,0

( Barus: 2004 )

3.6.1    Indeks Asosiasi antara kedua jenis
            Penentuan nilai indeks asosiasi (IA) berdasarkan kehadiran (P = Presence) dilakukan dengan menggunakan rumus menurut (Muller dan Ellemberg 1974) yang di modifikasi sesuai dengan tujuan penelitian :
IAP (%) =
Keterangan :
            IAP = Indeks Asosiasi berdasarkan kehadiran
            a = Jumlah pohon Mangrove sejati yang tidak di hinggapi hewan
            b = jumlah Mangrove ikutan yang di hinggapi hewan yang di amati
            c = Jumlah pohon Mangrove sejati di hinggapi hewan yang di amati
Tabel kriteria keeratan tingkat Asosiasi
No
Selang Kelas Asosiasi
Klasifikasi
1.
0 – 25
Sangat tidak Erat

26 – 50
Kurang Erat

51 – 75
Erat

76 - 100
Sangat Erat